Kirab Sakral dan Hening Bedol Pusaka Sakti Grebeg Suro 2025, Bupati Ponorogo Kang Giri Sancoko Tegaskan Pusaka Terhebat adalah Kebersamaan dan Gotong Royong

Mabesbharindo.com.Ponorogo.

PONOROGO – Di tengah heningan malam, Ribuan warga dari segala penjuru tumpah ruah mengikuti prosesi sakral Bedol Pusaka dalam rangkaian Grebeg Suro 2025 di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Kegiatan budaya yang digelar pada Rabu (25/6/2025) tengah malam hingga Kamis (26/6/2025) sore itu diawali dengan kirab pusaka dari Pringgitan atau Rumah Dinas Bupati Ponorogo menuju kompleks makam Batoro Katong.

Bupati Ponorogo, Kang Sugiri Sancoko menegaskan bahwa makna terbesar dari kirab pusaka bukan semata-mata benda yang diarak, melainkan nilai luhur yang diwariskan, yakni spirit kebersamaan dan gotong royong.

“Kami ingin menyampaikan pesan kepada generasi penerus bahwa yang kita kirab ini adalah spirit kebersamaan, spirit gotong royong,” ujar Bupati yang akrab disapa Kang Giri usai melepas peserta kirab pusaka.

Dalam kirab Bedol Pusaka tahun ini, lima pusaka diarak secara sakral tanpa alas kaki, tanpa pencahayaan, dan dalam suasana hening.

Kelima pusaka tersebut yakni Payung Song-song Kiai Tunggul Wulung, Tombak Kiai Tunggul Nogo, Angkin Cinde Puspito, Kiai Pamong Angon Geni, dan Tombak Kiai Bromo Geni.

Kang Giri Sancoko menambahkan, pusaka yang paling sakti bagi masyarakat Ponorogo sejatinya adalah sikap gotong royong dan kebersamaan dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Ia mengajak masyarakat untuk terus menjaga nilai tersebut sebagai warisan berharga dari para leluhur.

“Pusaka yang paling ampuh di Ponorogo adalah bagaimana bahu membahu, saling memahami, saling mengerti, saling menyadari. Itu pusaka yang kami arak dan kirab bersama-sama,” tegasnya.

Menariknya, tahun ini terdapat satu pusaka baru yang dihadirkan, yakni Kiai Pamong Angon Geni. Pusaka tersebut diciptakan oleh para empu dan membawa filosofi mendalam bagi pemimpin.

“Artinya, pemimpin harus mampu menggembalakan api. Kalau api mampu digembalakan, maka akan memanasi, memberikan semangat dan kehangatan bagi rakyat. Tapi jika salah mengelola, api justru bisa membakar,” jelas Kang Giri.

Prosesi Bedol Pusaka diawali dengan pembacaan Macapat atau puisi tradisional Jawa, dilanjutkan dengan penyerahan pusaka dari Bupati kepada pasukan bergodo pembawa pusaka.

Para peserta kirab berjalan kaki sejauh beberapa kilometer menuju makam Batoro Katong untuk prosesi penjamasan atau pembersihan pusaka.

Menurut Panitia Bedol Pusaka, Gaguk Hermanto, prosesi tersebut menjadi simbol perpindahan pusat pemerintahan Ponorogo dari wilayah timur ke pusat kota saat ini.

Ia menambahkan, kirab tahun ini tak hanya diikuti oleh warga lokal, tetapi juga menarik perhatian pengunjung dari berbagai daerah hingga mancanegara.

“Beberapa pengunjung datang dari Lampung, bahkan dari Prancis. Ini membuktikan budaya kita punya daya tarik yang luar biasa,” ungkap Gaguk.

Prosesi Bedol Pusaka merupakan tradisi masyarakat Ponorogo untuk menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam atau 1 Suro. Selain menjadi ajang pelestarian budaya, kegiatan ini juga memperkuat jati diri serta kebersamaan dan kegotong royongan warga masyarakat Ponorogo . (HR)

Komentar