Rektor Universitas Jendral Soedirman, Prof. Dr. Ir Akhm.ad Sodiq, M.Sc. Agr
MabesBharindo.com | Jakarta – Penyakit mulut dan kuku yang menyerang ternak sapi, penularannya harus diantisipasi semaksimal mungkin. Pakar peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Profesor Akhmad Sodiq menyampaikan bahwa penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ternak sapi ini sangatlah berbahaya.
“Pemerintah Indonesia sudah ekstra berhati-hati agar itu (penyakit mulut dan kuku- Red) tidak terjadi,” tegas Profesor Akhmad Sodiq dilansir dari laman antaranews.com pada Selasa (10/5/2022).
Menurutnya, usaha yang dilakukan oleh pemerintah agar Indonesia bisa terbebas dari penyakit yang saat ini sedang marak menyerang hewan ternak sapi ini akan berlangsung cukup lama.
Setelah bebas dari penyakit mulut dan gigi, kini menurutnya, pemerintah Indonesia harus berhati-hati akan kemungkinan hadirnya penyakit mulut dan kuku.
“Tetapi ini kan muncul lagi sehingga antisipasinya harus diupayakan bersama antara pemerintah, stakeholder (pemangku kepentingan), terutama untuk peternak dan importir,” ungkapnya.
Sapi impor yang berasal dari negara-negara yang belum terbebas dari penyakit mulut dan kuku itu penularannya sangat berisiko. Sehingga, ketika melakukan impor khususnya untuk ternak hidup hingga daging termasuk olahan dan sebagainya, pemerintah Indonesia harus lebih berhati-hati.
Profesor Sodiq memberikan solusi agar pos pemantauan lalu lintas ternak yang ada di seluruh wilayah Indonesia harus melakukan pengawasan yang lebih ketat. Hal ini karena penyebaran penyakit tersebut tidak terlihat.
“Saat ternak dibawa, peternak kan enggak tahu apakah ternak itu bawa penyakit atau tidak,” ungkap konsultan Bank Indonesia untuk Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah dan Program Pengembangan Klaster Sapi Potong di Purwokerto itu.
Merespon berita tentang penyakit mulut dan kuku yang telah menyerang seribuan ternak sapi di Jawa Timur, menurut Profesor Sodiq, wilayah Jawa Timur menjadi sentra ternak sapi potong sebab populasinya yang paling banyak sehingga harus lebih berhati-hati.
Secara rinci, dilaporkan bahwa pada awal bulan Mei 2022 penyakit mulut dan kuku telah menyerang sebanyak 1.247 ekor ternak sapi yang ada di Kabupaten Gresik, Lamongan, Mojokerto dan Sidoarjo Jawa Timur.
“Artinya, mobilisasi ternak sebagian besar dari Jawa Timur. Kalaupun itu berasal dari luar Jawa sampai masuk ke sentra konsumsi di Jawa Barat maupun DKI, itu kan melalui Jawa Timur, sehingga kehati-hatian sangat diperlukan,” kata Dewan Pakar Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia itu.
Tidak hanya itu, akan ada Hari Raya Idul Adha yang membuat tingkat kehati-hatian harus benar-benar menjadi perhatian untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak yang nantinya akan dijadikan sebagai hewan kurban.
- Baca juga : Di duga hasil dari ilegal loging kayu dikirim dari jambi masuk ke batam melalui pelabuhan tikus bagan
Disinggung juga terkait kemungkinan penyakit yang sedang marak ini akan memicu terjadinya kenaikan harga daging sapi, Profesor Sodiq mengatakan bahwa potensi tersebut kemungkinan akan ada tetapi variabel penyebab kenaikan harganya juga cukup tinggi.
“Yang paling utama untuk diantisipasi adalah penyebarluasan penyakit. Kalau masalah kenaikan harga, nanti kan intervensinya banyak faktor, mengenai supply and demand (pasokan dan permintaan), kemudian juga ketersediaan apakah ternak-ternak yang berasal dari luar negeri itu dibatasi, kalau dibatasi berarti kan pasokan di dalam negeri akan sedikit sehingga berpotensi terhadap kenaikan harga,” pungkasnya. (Red)
Komentar