Indonesia Potensial Jadi Eksportir Alpokat

Ekonomi & Bisnis590 Dilihat

Jakarta, Hortikultura id


MabesBharindo.com ll Bojonegoro – Produksi alpukat Indonesia tahun 2018 382.537 ton dari luas panen 24.352 ha, produktivitas 15.7 ton/ha, populasi pohon 2.435.242. Dari sisi produksi alpukat berada di urutan sepuluh setelah pisang, mangga, jeruk keprok, nenas, durian, salak, rambutan, pepaya dan nangka. M Reza Tirtawinata dari Yayasan Alpukat Nusantara menyatakan hal ini.

Produksi alpukat Indonesia menurut statistik FAO tahun 2016 berada di urutan 5 dengan 304.938 ton. Produsen nomor satu dunia adalah Meksiko 1.889.354 ton, Dominika 601.349 ton, Peru 455.394 ton dan Kolombia 309. 938 ton.

“Saya yakin sekarang Indonesia sudah naik ke urutan 3 atau 4. Kita harus berbuat sesuatu untuk jadi eksportir alpukat dunia. Malaysia dan Thailand yang sudah berjaya dengan durian tidak masuk ke alpukat karena masih menganggap buah-buahan hambar. Pasar China masih terbuka lebar. Di Asia hanya Indonesia dan China yang merupakan produsen alpukat. China berada diurutan 12 dengan produksi 122.942 ton masih jauh dibawah kebutuhannya,” kata Reza.

Menanam alpukat harus membidik pasar tepat. Ada yang digunakan untuk buah meja, olahan dan minyak. Khusus alpukat untuk minyak saat ini belum ada di Indonesia. Alpukat buah meja dikonsumsi langsung tanpa penambahan susu, es, gula. Ukuran buah kecil sekali makan habis, 250-400 gram. Rasanya harus enak yaitu daging tebal, berwarna kuning, lembut, gurih, kesat, biji kecil.

Sedang alpukat untuk olahan dicampur dengan susu, gula, es atau diolah sebagai makanan. Ukuran buah harus besar, 800-1500 gram. Daging tebal, agak berserat, rasa biasa, biji normal. Alpukat juga diproses menjadi minyak untuk pangan, kosmetik dan farmasi. Ukuran buah kecil hingga sedang, 250-750 gram. Buah tua dipohon, daging berminyak, warna kuning.

Varietas alpukat lokal yang diremondasikan untuk budidaya komersial adalah Cipedak, YM Lebak dan Kendil. Varietas  Cipdedak produktivitas tinggi, relatif tahan ulat, antioksidan tinggi, bobot 350-500 gram, edible portion ±70%.

Varietas YM Lebak daging gurih dan pulen, untuk buah meja, berbuah tanpa musim, bobot 600-800 gram, EP ±80%. Varietas Kendil daging sangat tebal, untuk industri olahan, pohon adaptif, bobot 900-1300 gram, EP ±90%.

Alpukat ada yang kulitnya berubah menjadi kuning atau coklat ketika sudah matang tetapi ada yang tetap hijau. Sayangnya di Indonesia 80% buah alpukat warnanya tetap hijau sehingga sulit dibedakan yang petik muda atau matang dipohon.

Salah satu alpukat yang paling enak di Indonesia adalah dari  dataran tinggi So’e , NTT. Alpukat So’e yang tumbuh setengah liar ini merupakan  salah satu keanekaragaman hayati kekayaan alpukat Indonesia  yang sangat beragam.

Penjualan alpukat di pasar induk buah dicampur, tidak ada standar mutu yang baik dan kemasan buruk,  Sedang diswalayan sudah lebih baik, tetapi karena kulitnya tetap hijau sulit membeli alpukat yang siap konsumsi.

Alpukat diperbanyak dengan menyemai biji untuk batang bawah kemudian disambung pucuk dengan varietas yang diiinginkan. Merupakan tanaman yang tahan banting, tidak perlu banyak perlakuan 3 tahun sudah berbuah atau lebih cepat dibanding buah lainnya. Selain itu alpukat tidak mengenal musim, setiap saat selalu ada buahnya. (Jayadi)
Sumber : Jakarta Holtikultura go.id

Komentar