Tuberkulosis (TBC) lebih menyeramkan dibanding Covid, Patuhi aturan Pengobatan dan Cara Me cegah nya.

Daerah525 Dilihat

Agustus 14, 2022

 

Media Mabes Bharindo Sukabumi (MBS) Munculnya Pandemi Covid 19 beberapa tahun terakhir ini, seringkali menjadikan masyarakat abai terhadap penyakit lain yang justru lebih berbahaya, bahkan mematikan.

Dilansir dari Detikjateng ( 26/03/22 ), Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut penyakit tuberkulosis (TB/TBC) jauh lebih mematikan daripada COVID-19. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini juga menjadi salah satu pemicu balita mengalami kondisi gagal tumbuh atau stunting.

“TB itu membuat kematian melebihi COVID, dan pada masa COVID ini (penderita) TB banyak yang putus minum obatnya. Karena TB itu harus minum obat 6 bulan full, beda dengan COVID yang singkat dan cepat. Nah, begitu ada COVID banyak yang tidak kontrol (TB) sehingga putus minum obatnya,” kata Hasto dalam kegiatan skrining TBC terhadap balita stunting yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Puskesmas Pengasih II, Kulon Progo, DIY, Sabtu (26/3/2022).

Lebih mematikannya TBC dibandingkan COVID-19, seperti yang disampaikan Hasto, itu merujuk pada data Global TB Report 2021. Berdasarkan laporan tersebut, diketahui bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita penyakit TBC. Jumlah kasus TBC di Indonesia mencapai 824 ribu dengan kematian 93 ribu tiap tahunnya, atau tiap jam ada sekitar 11 kematian akibat TBC.

Selain membuat banyak pasien TBC putus obat, Hasto berujar, pandemi COVID-19 juga menyebabkan program pemberian vaksin Bacille Calmette-Guérin (BCG) untuk tuberkulosis kepada balita menjadi tersendat. Walhasil, balita jadi rentan terjangkit TBC, yang mana salah satu efeknya memicu stunting.

“Nah anak-anak kecil-kecil itu harusnya juga sudah divaksin BCG. Tapi begitu ada COVID, vaksin BCG ikut menurun, akhirnya anak-anak banyak yang kena TB,” ujar Hasto.

Ciri terkena TB itu di antaranya sering batuk pilek, sering demam, dan susah makan. “Berat badannya enggak naik. Begitu beratnya ggak naik 3 bulan berturut-turut, maka panjang badannya juga nggak naik. Begitu panjang badan nggak naik, jadinya stunting,” jelasnya.

Dengan demikian perlu diingatkan kepada masyarakat untuk selalui mewaspadai penyakit bakteri menular Mycobacterium tuberculosis ini, terlebih bagi anak – anak yang sudah terindikasi, diharapkan para orang tua untuk segera berkonsultasi dengan dokter, serta patuh disiplin menjalani tahapan proses penyembuhannya.

 

Nara sumber : Hj. Elis Nurbaeti

Reporter : Herlan

Komentar