Romadhon Warga Kaliabu Madiun, Ubah Daun Kelor Menjadi Brem

Ekonomi & Bisnis388 Dilihat

Brem dari daun kelor yang diproduksi Romadhon warga Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Madiun, Jawa Timur.


MabesBharindo.com l Madiun – Daun kelor dikenal masyarakat dapat mengusir hal-hal yang bersifat irasional.  Terlepas dari mitos yang melekat, daun kelor sebenarnya kaya akan manfaat bagi kesehatan, tidak heran, bahan pangan satu ini disebut superfood.

Manfaat daun kelor bagi kesehatan tidak perlu diragukan lagi, tanaman ini memang sudah lama dikenal sebagai tanaman herbal yang baik untuk menjaga tekanan darah hingga mencegah kanker, tidak hanya itu, daun kelor ternyata memiliki beragam manfaat lainnya.

Baca Lainya :

Ketua RT Desa Rejuno : Tumbuhkan Semangat Gotong Royong Implementasikan Rasa Ikut Memiliki

Bulan Juli Pembelajaran Tatap Muka Dimulai, Dilema Antara Mengejar Materi Pelajaran Atau Melindungi Kesehatan

Kapolres Pasuruan Kota Pimpim Pengamanan Pemakaman Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.

Daun kelor dapat diolah menjadi jamu, teh herbal, hingga suplemen, tidak sedikit pula orang yang mengunakan daun kelor sebagai bahan masakan. Dalam pengobatan tradisional, daun kelor dipercaya berkhasiat untuk mengobati diabetes, nyeri sendi, infeksi bakteri, hingga kanker

Adalah Romadhon dari Desa Kaliabu Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mencoba menciptakan variasi rasa baru brem dengan bahan herbal yakni daun kelor, setelah melakukan berbagai percobaan, akhirnya berhasil meracik brem yang diberi ekstrak daun kelor, tidak ada perbedaan yang signifikan antara brem tersebut dengan lainnya, rasanya manis, sedikit asam, dengan sensasi rasa daun kelor di dalamnya, sedangkan warna brem pada umumnya putih kekuning-kuningan, tetapi untuk brem kelor ini warnanya lain, yakni putih kehijauan.

Romadhon mengatakan,”pembuatan brem kelor ini tidak ada bedanya dari pembuatan brem pada umumnya. Pembedanya hanya ada di pencampuran serbuk ekstrak daun kelornya, untuk pembuatan bremnya sama, mulai dari ketan dimasak sampai matang, selanjutnya diberi ragi sampai jadi sari ketannya, kemudian diberi serbuk daun kelor,” katanya, Selasa (15/6/21).

Menurut Romadhon, “sebenarnya kami telah memproduksi brem daun kelor sejak 2017 tetapi, brem jenis ini tidak terlalu laku di pasaran. Masyarakat masih percaya dengan mitos daun kelor yang biasanya digunakan untuk memandikan jenazah. Padahal daun kelor ini memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan tubuh, kandungan kelor di brem ini juga tidak hilang, sudah kami buktikan setelah diuji di laboratorium di Surabaya,”jelasnya.

“Ide pembuatan brem daun kelor ini berawal dari permintaan seorang kiai Nganjuk, Jawa Timur, karena pondok tersebut sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan tanaman herbal termasuk daun kelor,” tambahnya.

Saat ini sebagian besar produksi brem kelornya dijual di Nganjuk. Sedangkan untuk di wilayah Madiun, brem kelor ini belum begitu diminati.

“Karena itu mitos tentang daun kelor ini kan ada sisi mistisnya, biasanya menjualkan produk saya juga tidak berani mengambil brem kelor, padahal di Nganjuk, brem kelor ini sangat laku,” imbuhnya

Meski demikian, Romadhon tidak langsung menghentikan produksi brem kelor ini, menurutnya justru di sini tantangannya untuk mengenalkan produk brem herbal tersebut serta meyakini ketika masyarakat tahu manfaat daun kelor pasti mau menikmati brem varian rasa ini.

Untuk harga brem kelor memang lebih mahal bila dibandingkan brem lainnya, untuk satu bungkus berisi tiga keping brem kelor dihargai 7 ribu, sedangkan untuk brem originial harganya 4 ribu dalam satu bungkus berisi tiga keeping dan harga 7 ribu untuk isi 5 keping, sedangkan kapasitas produksinya bisa mencapai sekitar 500 keping dalam sekali produksi.

Jurnalis : Ugik / Agus

Komentar