Bulan Juli Pembelajaran Tatap Muka Dimulai, Dilema Antara Mengejar Materi Pelajaran Atau Melindungi Kesehatan

Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur, M. Isa Ansori, M.Psi dan KPS Manajemen Kebencanaan Sekolah Pascasarjana Unair, Dr. Arief Hargono, drg, M.Kes saat menjadi narasumber pada acara Dinamika Jawa Timur, Senin (14/6/2021)


MabesBharindo.com l Surabaya – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) direncanakan  dimulai bulan Juli 2021. Terkait dengan surat keputusan bersama (SKB)  4 menteri dan panduan PTM  mulai dari jenjang PAUD, Pendidikan dasar, dan menengah akan diberlakukan PTM pada tahun ajarah 2021/2022.

Berdasarkan data Komisi Nasional Pendidikan Jawa Timur bulan Agustus 2020, dan survey  Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur, tercatat sekitar 5000 guru dan kepala sekolah  serta 1500 sekolah yang ada di Jawa Timur. Dari 5000 guru dan kepala sekolah terdata 93%  telah siap, sedangkan data sekolah 80% siap untuk melakukan PTM. Hal tersebut disampaikan Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur,  M. Isa Ansori, M.Psi, pada acara dialog interaktif Dinamika Jawa Timur, Senin (14/6/2021).

“Pemerintah mulai memastikan vaksinasi untuk para guru dan masyarakat, berdasarkan data yang ada sekolah sudah siap, sehingga apa yang disampaikan menteri bahwa bulan juli 2021 untuk dilakukan proses belajar tatap muka itu adalah sebuah kepastian ditengah ketidakpastian yang ada,” kata Isa Ansori.

Lebih lanjut Isa mengatakan, ada beberapa panduan untuk melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah dan ini sifatnya tidak wajib, ini adalah pilihan, bila yang belum siap boleh tetap melakukan pembelajaran daring. Jika sudah dipastikan sekolah dan gurunya aman maka tidak ada alasan untuk proses pembelajaran ditunda lagi.

Baca Juga Berita Lainya :

Mobil Water Canon Semprot Kawasan Asrama Haji Donohudan Boyolali

Pemprov Jatim Lulusan SMK Bisa Desain Rumah Tahan Gempa

Polisi Berhasil Menyita 1,129 Ton Sabu, Dari Jaringan Narkotika Timur Tengah

Adapun prosedur yang harus dipatuhi oleh sekolah yang akan melaksanakan PTM,  yaitu Protokol kesehatan harus terus dijalankan, jumlah siswa yang ada di kelas tidak lebih dari 50%, sekolah membuat surat persetujuan orang tua agar jika ada yang belum siap untuk melakukan PTM dipersilahkan untuk belajar dirumah dengan catatan bahwa orang tua harus mendampingi, dan untuk sistem belajar di tentukan dari sekolah masing-masing.

KPS Manajemen Kebencanaan Sekolah Pascasarjana Unair, Dr. Arief Hargono, drg, M.Kes, menyampaikan,  hal yang perlu dipersiapkan untuk mencegah munculnya klaster Covid-19 di sekolah yaitu harus terus memantau informasi kasus Covid-19 sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan langkah ke depannya.  Kemudian bertanggung jawab atas protokol kesehatan, upaya protokol kesehatan bukan hanya di sekolah tetapi mulai dari siswa  berangkat ke sekolah sampai pulang ke rumah, dan untuk kesiapan bukan hanya pada saat awal melakukan PTM, tapi secara terus-menerus harus ada sistem dan mekanisme yang memastikan bahwa upaya itu berkesinambungan.

Untuk mekanisme rujukan dan pelaporannya sekolah wajib berkerja sama dengan puskesmas terdekat agar dapat segera ditangani jika muncul gejala covid, selalu memastikan siswa yang melakukan PTM berangkat bersama siapa, menggunakan transportasi jenis apa dan harus di pastikan agar menjadi data untuk sekolah.

“Yang paling penting itu bagaimana prokes itu dijalankan dan aproses pendidikan juga bisa dilaksanakan, menurut saya dua hal penting ini menjadi bingkai bagaimana nanti proses PTM bisa di jalankan di sekolah. Menurut saya bagaimana sekolah mempersiapkan itu semua, jika kemudian terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mekanismenya sudah diatur untuk melakukan kerja sama, dan jika ada siswa yang belum siap ini juga menjadi pilihan yang bisa dilakukan oleh orang tua. Belajar tidak boleh berhenti, dimasa pandemi ini belajar masih harus dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat, dukungan orang tua dan lingkungan menjadi keharusan agar PTM dapat berlangsung dengan aman,” Pungkas Isa.

Komentar