Waspada !!, Penipuan Berkedok Dukun Pengganda Uang

Hukum & Kriminal1361 Dilihat

MABES BHARINDO.COM___⭐⭐⭐

SURABAYA – Kasus penipuan berkedok dukun penggandaan uang kerap terjadi berulang di Tanah Air. Bukan hanya modus yang digunakan para dukun yang membuat masyarakat resah namun kekejaman sang dukun menghabisi nyawa korbannya memunculkan rasa geram.

Meski semua praktik penggandaan uang terbukti bohong dan tidak masuk akal, dukun ini masih saja didatangi warga. Kasus terbaru adalah Tohari (TH) yang familiar dengan sebutan Mbah Slamet, merupakan dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Kepada para korban, Tohari mengaku bisa menggandakan uang, bahkan ada yang dijanjikan dari Rp50 juta jadi Rp5 miliar. Namun ia diduga menghabisi nyawa 12 korban, termasuk pria berinisial PO (53), warga Sukabumi, pada 27 Maret 2023 lalu di Banjarnegara.

Awalnya, para korban menagih janji penggandaan uang yang ditawarkan Slamet, diajak ritual dan diberi minuman bercampur racun. Usai diracun, Slamet seorang diri mengubur korban-korbannya hingga akhirnya terbongkar.

Berdalih menjalani ritual, korbannya diminta datang. Mereka yang datang dan sudah mengikuti ritual dipastikan tidak pernah kembali.

Ritual dilakukan mulai pukul 19.30 WIB demi menghindari kecurigaan tetangga. Para korbannya diminta meminum racun tersebut dengan dalih bagian dari ritual.

Jengah terus ditanya hasil penggandaan uang tersebut oleh para korbannya, menjadi alasan pelaku memberikan minuman bercampur racun potasium. Korban yang sekarat dan meninggal pun langsung dikuburkan oleh pelaku.

Menurut pemeriksaan Tim DVI Polda Jateng dan pengakuan pelaku, ditemukan delapan lubang tanah yang berisi 12 mayat.

Hingga saat ini total jumlah korban pembunuhan yang dilakukan Tohari mencapai 12 orang yang ditemukan dalam delapan lubang. Salah satunya ada yang merupakan pasangan suami istri.

Di antaranya ada dua korban yang ditemukan dalam lubang sedalam satu meter. Lubang yang baru ditemukan berisi dua mayat pasanga suami istri asal Lampung yang menjadi korban kekejaman pembunuhan Tohari. Dua korban ini ditemukan telah menjadi kerangka.

Terbaru, satu korban telah teridentifikasi yakni atas nama Priyanto, warga Sukabumi, Jawa Barat, dan sembilan mayat belum teridentifikasi. Dari sembilan itu, ada enam laki-laki umur 40-50 tahun, tiga perempuan usianya ada yang 25 tahun dan 35 tahun.

Kemudian ada satu mayat yang terdeteksi sebagai warga Gunungkidul DIY yang dikubur oleh Tohari di liang lahat nomor dua. Berikutnya, terdapat dua mayat yang teridentifikasi sebagai pasangan suami istri warga Tasikmalaya, yang dikubur satu liang lahat di lubang nomor tiga.

Menurut hasil pemeriksaan medis diperoleh fakta belasan korban mati lemas dan tidak ada unsur kekerasan.

Ternyata Tohari bukan kali pertama tersandung kasus kriminal hingga harus berurusan dengan pihak Kepolisian. Di tahun 2019, Tohari pernah dua kali ditangkap Polres Pekalongan dalam kasus pengedaran uang palsu (upal). Sebelumnya itu juga pernah jadi residivis terkait upal.

Sebelum kasus Mbah Slamet, publik juga belum lama dihebohkan dengan aksi pembunuhan terhadap sembilan korban yang dilakukan oleh dukun pengganda uang Wowon CS sekira Januari 2023.

Polisi mengungkap modus kasus pembunuhan berantai atau serial killer oleh Wowon Erawan (60) dan kawan-kawan. Para pelaku ini juga menghimpun dana dari para korban dengan iming-iming penggandaan uang. Wowon cs juga mengeksekusi para korban saat ditagih hasil penggandaan uang tersebut.

Tersangka Wowon dalam melancarkan aksinya dibantu oleh Solihin alias Dullah (63) dan Dede Sholehudin alias Dede (34). Tugas Dede adalah menghimpun dana dari para TKW. Sementara itu, Duloh adalah dukun yang mengaku bisa menggandakan uang.

Kebanyakan korban adalah TKW yang menitipkan hartanya untuk digandakan. Namun nahas, bukan uang yang didapat justru korban tewas di tangan orang yang mengaku dukun pengganda uang tersebut. Tidak tanggung-tanggung, di antara korban yang meninggal terdapat istri dari pelaku.

Tak hanya dari para TKW, jumlah total korban yang dibunuh yakni sembilan orang tersebut ada yang masih berhubungan keluarga dengan Wowon. Para korban dibunuh dengan cara diberi kopi racun, dicekik, dan lain sebagainya.

Para korban yang dihabisi di antaranya ada di Bekasi, Jawa Barat, yakni Ai Maemunah (40), istri Wowon. Lalu ada Ridwan dan Riswandi yang merupakan anak Ai Maemunah dengan mantan suaminya Didin.

Selain itu, Farida, seorang TKW, dan Halimah selaku istri siri Wowon yang merupakan ibunda Ai Maemunah juga dihabisi di Bekasi. Selanjutnya, korban yang dibunuh dan dikubur di Surabaya adalah Siti selaku TKW dengan cara dibuang ke laut.

Diketahui pula, ternyata Siti seorang TKW itu menyuruh sang mertua, Noneng untuk mendorong Siti ke laut. Siti dan Farida diduga menjadi korban pertama dari rangkaian aksi pembunuhan tersebut. Jasad Siti pun ditemukan warga dan dimakamkan di Garut.

Ada juga korban yang dihabisi di Cianjur, Noneng selaku mertua Wowon. Kemudian Wiwin yang merupakan istri pertama sekaligus putri tiri Wowon. Ditambah Bayu selaku anak Ai Maemunah dan Wowon.

Jauh ke belakang, ada kasus Taat Pribadi atau yang dikenal dengan nama Dimas Kanjeng. Takut karena modus penggandaan uangnya akan terbongkar, Dimas Kanjeng menghabisi nyawa dua pengikutnya tersebut.

Ismail dibunuh pada 2 Februari 2015 di Jalan Raya Paiton, Probolinggo. Setelah itu, jenazah Ismail dimakamkan di Desa Tegalsono, Probolinggo, di sebuah lubang makam yang sudah disiapkan sebelumnya.

Sementara mayat Abdul Gani yang juga Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng, ditemukan pada 14 April 2016 di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Sehari sebelumnya, dia dibunuh di Probolinggo.

Sembilan orang pelaku pembunuhan itu diperintah Dimas Kanjeng. Mereka adalah anggota Tim Pelindung yang menjadi orang-orang kepercayaan Dimas Kanjeng. Mereka mendapat bayaran Rp 320 juta. Masing-masing pelaku menerima Rp 30-40 juta.

Untuk menangkap Dimas Kanjeng, Kepolisian harus menggelar operasi senyap. Operasi ini bahkan telah disusun detail selama dua bulan sebelum eksekusi. Tujuannya, menghindari jatuhnya korban dari kedua belah pihak.

Operasi senyap ini dilaksanakan pada 22 September 2016, Kamis dini hari di padepokannya yang berada di RT 22 RW 08, Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Sebanyak 1.200 personel polisi, termasuk satuan Brimob dikerahkan ke Probolinggo.

Sebelum diberangkatkan, pasukan ini sempat apel di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani Surabaya, pada pukul 21.00 WIB, Rabu, 21 September 2016.

Hingga akhirnya pada 2017, Taat Pribadi dijatuhi hukuman pidana 18 tahun penjara oleh PN Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, karena menjadi otak pembunuhan dua santrinya, yaitu Abdul Ghani dan Ismail Hidayah. Keduanya dibunuh karena dikhawatirkan membongkar praktik penipuan yang dijalankannya.

Kasus pembunuhan itu pun pada akhirnya mengungkap penipuan ala padepokan yang dikelola Dimas Kanjeng. Dimas Kanjeng menipu jemaah dengan mengaku bahwa ia bisa menggandakan uang.

Mirisnya korban penipuan Dimas Kanjeng mencapai ribuan orang dan datang dari berbagai kalangan. Setahun kemudian, tepatnya 2018, Dimas Kanjeng juga dijatuhi hukuman 3 tahun dalam kasus penipuan sebesar Rp800 juta.

Praktik kekejaman serupa juga dilakukan seorang dukun bernama Satrio Bayu di tahun 2016. Ia sempat mencuri perhatian karena dirinya mengaku bisa menggandakan emas batangan. Ia juga menghabisi nyawa dua korbannya yang menginvestasikan hartanya pada dukun palsu tersebut.

Pembunuhan dilakukan kepada Shendy Eko (26) dan Ahmad Sanusi (20). Mereka adalah korban penipuan dengan modus penggandaan emas batangan. Jenazah keduanya ditemukan di Limo, Depok, Jawa Barat dan diduga dibunuh dengan racun jenis potasium sianida.

Pembunuh dalam kasus tersebut adalah pemimpin Padepokan Satrio Bayu Aji, AH (35), dan asistennya, R (25). Padepokan Satrio Aji berada di Kampung Serab, Sukmajaya, Depok. AH sebelumnya telah membuat grup di Facebook dengan nama Padepokan Satrio Aji.

Padepokan ini menjanjikan kepada anggotanya bahwa dirinya bisa menggandakan emas batangan, ilmu pelet, dan barang-barang yang dipercaya memiliki kesaktian.

Empat kasus tersebut merupakan contoh dari sekian banyak kasus penggandaan uang yang telah banyak memakan korban. Sejatinya, sejumlah kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi banyak pihak untuk tidak tergoda mempunyai uang banyak dengan cara demikian.

Sebab, modus penggandaan uang adalah kepercayaan masyarakat atas hal mistis, dan biasanya target sasarannya adalah masyarakat dalam kondisi krisis ekonomi.

Karena itu, segenap lapisan masyarakat jangan percaya terhadap dukun pengganda uang, karena ulahnya hanya bertujuan untuk menipu guna mendapatkan uang dari para korban.

Pun sikap hati-hatilah juga harus diterapkan masyarakat dalam menginvestasikan dana dan harta pada sumber yang tepat. Jangan mudah percaya bisa cepat menjadi kaya dengan cara mengambil jalan pintas.

Dan jangan pernah tergiur dengan keuntungan besar dalam waktu yang singkat agar terhindar dari penipuan semacam dukun pengganda uang tersebut. Sebaliknya, masyarakat harus bersikap kritis terhadap hal-hal mistis dengan iming-iming keuntungan yang menggiurkan. (Bidhumas Polda Jatim)

Editor : Khoirul Anam

Komentar