Pembangunan 65 Unit Proyek Jamban Didesa Sejangko ll Tahun 2019 Diduga Kuat Di Mark Up

Pemerintahan470 Dilihat

“Mabes Bharindo Ogan Ilir”

Dua tahun berlalu, beberapa warga akhirnya berani buka suara terkait realisasi pembangunan Jamban (WC) bagi masyarakat desa setempat. Warga kecewa dengan bangunan WC yang direalisasikan dari Dana Desa (DD) Sejangko ll, yang menghabiskan biaya fantastis namun hasilnya tak bisa dimanfaatkan. Diduga Proyek pembangunan WC bagi masyarakat tahun 2019 lalu telah di mark-up oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Sejangko ll, Kecamatan Rantau Panjang, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Provinsi Sumsel.

 

Berdasarkan informasi yang didapat dari Zulkifli warga dusun 2 desa Sejangko ll yang mendapatkan bantuan pembangunan WC bagi keluarganya tersebut bahwa saat itu Ia hanya menerima bahan material berupa semen 6 sak, closed, besi behel yang sudah dipotong-potong, asbes, kayu kasau, batu bata 1100 buah dan itupun tanpa ada biaya upah tukang karena dikerjakan oleh dirinya sendiri.

 

“Untuk pasir dan batu koral, kami punya sendiri waktu itu jadi tidak ngambil dari pak Kades. Kemudian keramik untuk lantai WC pun kami beli sendiri. Dan semua bahan material tersebut, diambil masing-masing dengan kendaraan sendiri, bagi yang tidak punya harus mengeluarkan ongkos ojek (bentor) dari kocek pribadi”, ungkap Zulkifli kepada media ini di rumahnya, Senin (12/7/2021) pagi.

 

Lebih lanjut dikatakan pria paruh baya ini, sedangkan untuk pembangunan WC tetangga sebelah rumah, untuk bahan materialnya sama dan tukangnya dirinya sendiri dengan upah Rp 2,5 juta dalam waktu 15 hari untuk pengerjaan WC berukuran 2 meter x 1,5 meter.

“Kenapa pembangunan yang kami cukup bagus dari pembangunan WC warga lainnya karena kami mengeluarkan biaya tambahan sendiri. kalau melihat bangunan tersebut sampai belasan juta rupiah per unit pantasan saja pak kades selesai dua 2 unit jamban (WC) bisa beli kerbau satu,” sambungnya menambahkan merasa curiga!?!.

Hal senada juga diutarakan Arman salah satu warga dusun 4 desa Sejangko ll yang kecewa WC tak bisa digunakan semenjak dibangun. Saat ditemui di kediamannya, kepada media ini Arman mengaku sangat tidak puas dengan hasil pembangunan WC bantuan Pemdes bagi keluarganya tersebut.

” Yang jelas saya merasa tidak puas dan sangat kecewa dikarenakan WC ini sejak dibangun hingga sekarang tak bisa digunakan padahal setahu saya biaya yang dianggarkan sangat besar sekitar belasan juta rupiah per unit akan tetapi hasilnya seperti ini”, terang pria 40 tahun ini.

Menurutnya, hal ini sangat tidak sesuai dan ia menduga adanya penggelembungan dana dalam Anggaran pembangunan WC di desa Sejangko ll yang direalisasikan dari Dana Desa tahun 2019 tersebut.

 

” Rasanya sangat tidak sesuai, padahal Anggaran WC ini katanya belasan juta, kami mana tahu karena kemarin itu tak ada plang papan proyeknya, tapi sayang bangunannya begini, tidak layak pakai. Menurut kami dana yang dihabiskan hanya berkisar Rp 3 jutaan saja”, bebernya kecewa.

 

Arman menambahkan, saat itu pembangunan WC keluarganya ini dilakukan oleh 6 orang terdiri dari Kadus, 2 anggota BPD, dan 3 warga lainnya. Lanjutnya lagi, bila tahun ini hasil panen padinya melimpah, ia akan merombak ulang WC bantuan Pemdes Sejangko ll ini agar bisa dimanfaatkan olehnya dan anggota keluarganya. ” Insyaallah, nanti saya bangun ulang sendiri kalau hasil panen kali ini banyak”, tuturnya penuh harap.

 

Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan dan informasi yang dihimpun dari salah satu keterangan tokoh masyarakat setempat mengatakan, diketahui bahwa di desa Sejangko ll ini anggaran dana desanya (DD) tahun 2019 kurang lebih sebesar 1,2 Milyar untuk pembangunan 65 proyek jamban (WC) di 65 Kepala Keluarga (KK) didesanya.

 

Terpisah, Kades Sejangko ll M.Nazir saat dikonfirmasi di balai desanya mengatakan, perlu diketahui sejak ia menjabat hingga sekarang sudah ratusan WC yang telah dibangun untuk para warganya. Seingatnya pembangunan WC telah dimulai sejak tahun 2017 dan 2019 silam sebanyak 65 unit berlanjut hingga sampai 2021,” katanya.

 

“Kalau hanya mendengar kata warga saja dirasa tidaklah cukup, sebab untuk WC yang dibangun tahun 2019 itu dibangun bertiang tinggi lantaran sering banjir. Sedangkan untuk biaya upah tukang sebesar Rp 2,5 juta rupiah. Untuk pengerjaannya, memang ada yang dikerjakan oleh BPD dan Kadus setempat. Dan pada saat pengambilan bahan material, dikarenakan akses jalan yang jelek, masyarakat yang butuh cepat bahan material tersebut dipersilahkan ambil sendiri di lokasi. Masalah dananya, belum bisa dijelaskan rinciannya, itu harus lihat ulang RAB nya lagi, terkait tukang yang tidak diupah tersebut karena tuan rumah minta cepat maka tidak minta upah,” ungkap Kades berdalih.

Saat disinggung mengenai adanya 3 unit WC yang dibangun di luar desa Sejangko ll, Kades M. Nazir tak menampiknya, ia mengakui dan membenarkan hal tersebut.

” Tentang pembangunan WC di luar desa Sejangko ll, ya, itu memang benar ada. Akan tetapi hal tersebut dilakukan lantaran mereka masih terdaftar sebagai warga desa Sejangko ll” ujarnya.

 

Kades sempat menyindir kepada wartawan, sebaiknya tak usah cari-cari kesalahan Kades. ” Sudahlah, kalian tak usah nyari “penyakit” Kades. Tak ada Kades yang benar-benar lurus. Ibarat batang jagung, mana ada yang lurus nian, pasti ada bengkoknya kan, jadi intinya kades itu pak tidak ada yang lurus,” kata Kades.”Tutupnya “( Rpn/11)

Komentar