Pontianak – 22 Agustus 2025 – Pencak silat Wekasan, seni beladiri tradisional khas Kalimantan Barat, khususnya dari Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Tembang Kacang, kian menunjukkan eksistensinya di kancah daerah maupun nasional. Beladiri ini tidak hanya mengajarkan aspek pertarungan, tetapi juga mengandung nilai spiritual, budaya, dan filosofi kehidupan masyarakat Transmigrasi Jawa di Kalimantan Barat.
Dalam perkembangannya, Wekasan telah memiliki organisasi resmi yang tersebar di berbagai kabupaten/kota. Salah satunya adalah Wekasan Cabang Pontianak yang kini dipimpin oleh Suparjo, sosok yang juga menjadi Ketua Panitia Wekasan Competition Piala Sultan Pontianak 2025.
Suparjo menyebutkan bahwa pencak silat Wekasan bukan hanya sekadar olahraga, melainkan juga sarana pembinaan generasi muda agar memiliki karakter kuat, berdisiplin, dan berakhlak.
“Wekasan ini adalah warisan leluhur kita. Saya ingin generasi muda di Pontianak dan Kalimantan Barat tidak hanya bisa menjaga tradisi, tapi juga menjadikannya bekal menghadapi tantangan masa depan,” ujar Suparjo saat ditemui usai pembukaan kejuaraan di Pontianak, Jumat (22/8).
Menurutnya, kejuaraan yang digelar kali ini merupakan momentum untuk memperkenalkan lebih luas Wekasan kepada masyarakat sekaligus mencari bibit pesilat muda yang berpotensi mengharumkan nama daerah.
Sejarah dan Karakteristik Pencak Silat Wekasan
Pencak silat Wekasan lahir dari tradisi masyarakat pesisir dan pedalaman Kubu Raya Kecamatan Tembang Kacang sekitar tahun 1918 dan saat ini dipimpin oleh Lakda TNI Purn. Soedarmako, M.M., selaku Ketua Umum PB Wekasan S.N.T. Nama “Wekasan” sendiri diyakini merujuk pada ajaran terakhir atau “bekal pamungkas” dalam menghadapi ancaman. Gerakannya mengutamakan kelincahan, kecepatan tangan, serta teknik kuncian yang sederhana namun efektif.
Wekasan juga dikenal dekat dengan nilai-nilai religius masyarakat Melayu. Setiap gerakan diyakini memiliki makna filosofis, di mana pesilat diajarkan untuk selalu mengutamakan pertahanan diri, bukan mencari permusuhan. Selain itu, latihan Wekasan juga sering dibarengi doa dan ritual adat, menandakan bahwa silat ini bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual.
Suparjo: Dari Pesilat ke Pemimpin
Sebagai Ketua Wekasan Cabang Pontianak, Suparjo telah mendedikasikan waktunya untuk membina pesilat-pesilat muda di berbagai perguruan. Ia menegaskan bahwa Wekasan tidak boleh hanya dipandang sebagai beladiri tradisional, tetapi juga sebagai identitas budaya yang harus diwariskan.
“Anak-anak sekarang banyak mengenal bela diri modern, tapi kita punya Wekasan yang asli dari Kalbar. Ini kebanggaan kita, dan saya merasa terpanggil untuk menjaga serta mengembangkannya,” jelasnya.
Dengan adanya dukungan dari masyarakat, tokoh adat, dan pemerintah daerah, Suparjo optimis Wekasan dapat terus berkembang, bahkan berpeluang dipertandingkan dalam event skala nasional hingga internasional.
Red. Sri Sundari
Komentar