Hikmah dan Fadlilah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Sosial & Budaya399 Dilihat

MABESBHARINDO, Jawa Timur | Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan sesuai kultur atau budaya yang melekat di masing-masing daerah.

Di Madura, Jawa Timur, perhelatan Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut digelar oleh mayoritas warga di kediamannya masing-masing. Pasalnya, warga menganggap hal itu adalah momentum yang sakral yang hanya dilakukan setahun sekali.

Seperti halnya yang dilakukan oleh H. Bosyik yang biasa disapa H.Rosit, menggelar perayaan Maulid Nabi dikediamannya yang beralamat Kampung Pangranggunan Pursaba RT 005/005, Kelurahan Tamba, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Jawa Timur pada Minggu (23/10/2022).

Turut hadir pula dalam kesempatan tersebut Pengisi tausiyah, KH. Fanani Dauri, Spd. Anggota DPRD sampang, H. Hur, S.H.,S.E., dan Anggota DPRD, Subaidi, S.H, Lurah, Aliy S.H, Tambak. turut pula meramaikan acara tersebut, sebanyak 80 kyai, diantaranya, KH.Imam, Gus Roky dari Batu Ampar, KH. Moqtako dari Desa Sogian, serta KH. Kholil dari Desa Bendung Pamekasan, serta 210 orang warga.

“Maulid Nabi di Madura tidak hanya dilakukan di mushala, masjid atau hanya lembaga pemerintahan, namun juga, disetiap rumah-rumah pendudukpun biasa juga mengadakan, jadi ketika kamu datang ke Madura, pada momen Maulid Nabi akan sibuk dengan silaturahim, home visit, Orang Madura menyebutnya konjangan molod”, terang H.Rosit.

Ditambahkan pula, “disamping itu, bagi masyarakat Madura perayaan Maulid Nabi adalah sebagai wujud rasa syukur dan tak lagi memandang profesi, Mulai dari kalangan tani, pedagang, pejabat atau pegawai negeri, mereka merayakan Maulid Nabi di masing-masing rumahnya, atau di Masjid perayaan Maulid Nabi telah mendarah daging dalam kultur masyarakat, secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW”, tandasnya.

Ditanya apakah tidak cenderung memaksakan, dirinya mengatakan selama ini masyarakat Madura, dengan antusias mereka akan melakukan perayaan Maulid Nabi dengan model demikian, Sebabnya, soal hidangan disesuaikan dengan situasi dan kondisi tuan rumah, karena tidak ada ketentuan-ketentuan tersendiri soal hidangan atau konsep perayaan Maulid.

“Inilah yang perlu digaris bawahi, tidak ada paksaan bagi meraka, ketika niat untuk melaksanakan molodan dengan hidangan yang mereka sajikan apa adanya, atau semampunya, Profesi bukan menjadi sebuah kendala bagi orang Madura”, jelasnya.

Ia memaparkan seperti apa yang saya lakukan saat ini, saya hanya menyajikan makanan ringan dan paket sembako”, ucap H.Rosit, Ia merayakan Maulid Nabi di rumahnya sendiri dengan hidangan bermacam buah dan jajanan dan sebuah papper bag yg berisi paket sembako.

Prinsip mereka, “Harus merayakan Maulid Nabi, karena hanya satu tahun sekali, acara ini ialah dorongan hati serta bentuk rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW, dan semoga mendapatkan syafaat beliau,” tutupnya.

(Rst).

Komentar