Media Mabes BHARINDO Kepri, Batam , kamis ( 11/05/2022 ), Setelah viral dengan berita dukungan penangkapan perikanan terukur, ALARM kembali menggeber isu perikanan dengan lebih spesifik. Kali ini, sesuai dengan amanat penangkapan terukur dengan klausul pemerataan ekonomi ALARM menyorot pemerataan ekonomi di wilayah Natuna terkait dengan beroperasionalnya kapal – kapal Purse Seine di zona tanpa konflik, 12 mil ke atas.
“ Sesuai dengan klausul pemerataan ekonomi, maka kami meminta agar kapal – kapal purse sein dan cumi – cumi yang menangkap di perairan laut Natuna Utara mulai dari saat ini melakukan pembongkaran di SKPT Selat Lampa. Kami juga meminta Kementrian Kelautan dan Perikanan, sesuai dengan penangkapan terukur yang mereka cetuskan, mengawal dan mengeksekusi tuntutan ALARM ini. “ Demikian Antoni , ketua ALARM menegaskan.
“ selama ini kita mendengar aktifitas membongkar ikan di Selat Lampa hampir tak ada gaungnya sama sekali. Para kawan kita Nelayan di Natuna semua menjerit karena susah mendapat ikan. Sementara kapal – kapal dari jenis purse sein pelagis kecil, cumi – cumi beroperasi di Natuna sampai seperti pasar malam. Jika memang mau melaksanakan pemerataan ekonomi, daratkan seluruh kapal –kapal tersebut di Selat Lampa. Bongkar di sana dan jual di Selat Lampa. Sayang SKPT Selat Lampa di bangun dengan dana milyaran tetapi tidak dimanfaatkan secara maksimal” sambung Antoni.
Di kaitkan dengan isu serapan ikan pasca pembongkaran, menurut Antoni selama ini yang terjadi yang terserap pun tidak ketahuan data realnya. “ dengan adanya pembongkaran di selat lampa, minimal logbook penangkapan ikan di perairan Natuna ini bisa mendekati kondisi real karena pasti ada penimbangan dari pemerintah. Selama ini kan kita tidak tahu juga kemana kapal – kapal ini menjual ikannya. Apakah sudah di timbang atau tidak , kita juga tidak tahu. Mendukung perikanan terukur, kita minimalisir hal seperti ini. Pemerataan ekonomi sebagaimana klausul penangkapan terukur, jelas bisa di mulai karena ada geliat pembongkaran yang berarti ada geliat ekonomi.” Kembali Antoni menegaskan.
Dalam Database ALARM, saat ini dari 1.400 lebih Kapal ijin pusat yang beroperasi di WPP 711 terdapat lebih kurang 200 kapal yang berpelabuhan pangkalan di Selat Lampa sesuai dengan SIPI.” Kita punya datanya dan kita minta 200an Kapal tersebut yang kita tengarai dalam minggu ini akan ke fishing ground, setelah penangkapan segera melakukan pembongkaran di Selat Lampa. Harusnya , sesuai dengan tuntutan kita seluruh purse seine yang menangkap di Natuna melakukan pembongkaran di Selat lampa, jumlahnya lebih dari 200an kapal” beber Antoni.
Bicara data, menurut Antoni kapal purse seine ataupun pukat cincin pelagis kecil saat ini yang terpantau ALARM beroperasi di WPP 711 tidak kurang dari 188 Kapal. Dari 188 Kapal tersebut, tanda selarnya berasal dari daerah Tanjung Balai Karimun, Batam, Tanjung Balai Asahan, Sintete, Sunda Kelapa, Juwana, Belawan,Palembang , Pontianak dll. Dari API ( Alat Penangkap Ikan ) Jala Jatuh berkapal ( cast nets ) tidak kurang dari 290 kapal yang beroperasi di WPP 711. 360 Kapal Jaring Tarik Berkantong. 98 Kapal Bouke Ami, dan lain – lain.
“dari seluruh data tersebut, yang beroperasi di perairan kepri kita minta mendarat dan bongkar ikan di pelabuhan pangkalan yang ada di Kepri.” Tegas Antoni.
Menutup kepada Media ini, Antoni menegaskan bahwa dalam waktu dekat Tim ALARM akan membawa masalah ini kepada Gubernur Kepri. “ 95% wilayah Kepri adalah laut. Gubernur memiliki kepentingan dalam mengembangkan ekonomi kemaritiman Kepri yang saat ini harusnya bisa diselaraskan dengan program Penangkapan Perikanan Terukur dari Kementrian Kelautan dan Perikanan. Satu hal yang kami kawal ketat terkait program ini, unsur pemerataan ekonomi. Jangan sampai terjadi program ini memberi subsidi kepada pengusaha !” tutup Antoni.
Media Mabes BHARINDO
Wakaperwil kepri
Hirmawansyah
Komentar