Wartawan Tim Bharindo
SUKABUMI. Warga Kedusunan Kertaraharja RT 03 RW 02, Desa Kertaraharja, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi melayangkan protes kepada pihak pelaksana pengaspalan jalan. Mereka menduga proyek perbaikan jalan lingkungan itu diduga dikerjakan secara asal-asalan sehingga hasilnya tidak maksimal.
Mereka menemukan fakta, lapen (lapisan penetrasi) yang baru saja dikerjakan banyak yang terkelupas. Menurut warga, hal itu terjadi karena pengerjaannya dilakukan di tengah guyuran hujan. Warga pun beramai-ramai ke lokasi sambil menunjukkan bukti bagian-bagian jalan yang terkelupas.
Fakta di lapangan, pada banyak bagian jalan, sirtu (pasir batu) tidak menyatu dengan permukaan jalan. Bagian sirtu itu tersisih dari jalan dan berceceran ke segala arah. Lapisan aspalnya pun menjadi terkelupas.
“Sebelum kejadian ini, Pak Kadus Tendi sudah mengingatkan pelaksana proyek agar tidak melanjutkan pekerjaan sampai hujan reda dan bebas dari genangan air. Tapi saran itu tidak dituruti. Pekerjaan terus dilanjutkan,” kata seorang warga kepada wartawan, Jumat (17/9/2021).
Lokasi kegiatan pengspalan itu di Kampung Awilega, Desa Kertaraharja. Pekerjaannya berupa pengaspalan jalan desa ruas Awilega-Babakan. Volume pekerjaan panjang 640 meter dan lebar 3 meter dengan anggaran Rp215.010.000. Sumber dananya dari Dana Desa tahun 2021.
Permasalahan lain pada proyek jalan tersebut antara lain dugaan penggunaan sirtu kotor. Seharusnya menggunakan batu split ukuran 35 murni. Sementara material yang digunakan adalah sirtu yang mengandung lumpur. Terus, sirtu dipasang pada badan jalan tanpa melalui proses pengaspalan awal.
“Biasanya sebelum digelar sirtu, badan jalan harus dikasih aspal dulu. Itu pun jalannya harus kering atau tidak ada genangan air pada jalan yang diberi lapisan penetrasi,” ujar warga tersebut. (*)
Komentar