UNJ Dorong Pesantren Nahdlatul Mubtadi’in Al Islami Jadi Pusat Penggerak Industri Kreatif di Indramayu

Daerah192 Dilihat

Media Mabes Bharindo com

Pengabdian kepada masyarakat (P2M) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kembali hadir di Kabupaten Indramayu, kali ini menyasar Pesantren Nahdlatul Mubtadi’in Al Islami yang terletak di kawasan pedesaan namun memiliki visi besar untuk mencetak santri yang mandiri. Kegiatan ini mengusung tema Pengembangan Desain Ekosistem Kewirausahaan sebagai Penggerak Industri Kreatif dan diikuti oleh para guru, pengurus organisasi santri, serta santri senior. Program ini menjadi langkah konkret UNJ dalam memperkuat peran pesantren sebagai motor penggerak ekonomi kreatif di daerah.

Acara dimulai dengan sambutan dari pimpinan tim pengabdian masyarakat, Andy Hadiyanto. Dalam kesempatan tersebut, Andy menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari poin-poin nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Kabupaten Indramayu dan UNJ. Menurutnya, kolaborasi ini tidak hanya berfokus pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia di Indramayu, tetapi juga sejalan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta poin 4 tentang pendidikan berkualitas. “Kami ingin memastikan pesantren tidak hanya menjadi pusat literasi keagamaan, tetapi juga menjadi pusat literasi ekonomi dan sosial yang berkelanjutan,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Andy memberikan analogi yang menggugah. Ia berharap pesantren dapat meneladani “kuburan wali” yang meskipun pemiliknya telah wafat, namun keberadaannya tetap menghidupi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Menurutnya, pesantren harus mampu memberikan dampak yang luas, tidak hanya membentuk pribadi yang saleh secara spiritual, tetapi juga tangguh secara ekonomi dan sosial. “Pesantren diharapkan menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, tempat bertemunya nilai-nilai keagamaan dengan inovasi ekonomi kreatif,” tegasnya.

Andy juga menyampaikan harapannya agar UNJ dapat terus menjalin kemitraan dengan pesantren-pesantren di Indramayu. Ia meyakini, jika pesantren dikelola dengan visi yang jelas dan dukungan program yang tepat, maka lembaga ini bisa menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. “Pesantren bukan hanya benteng moral, tetapi juga bisa menjadi lumbung ide dan inovasi yang memberdayakan,” tambahnya. Pernyataan ini disambut hangat oleh para peserta yang hadir, yang terlihat antusias mengikuti jalannya acara sejak awal.

Pimpinan Pesantren Nahdlatul Mubtadi’in Al Islami, KH. Amani Lutfi, turut memberikan sambutan. Ia mengisahkan bahwa pesantren ini berdiri sejak tahun 2016 dengan tekad tidak menjadi beban negara, melainkan menjadi pemberi manfaat bagi masyarakat dan bangsa. Pesantren memiliki program unggulan yang mengajarkan keterampilan hidup (life skills) seperti peternakan bebek dan kambing, budidaya lele, perkebunan, hingga pelatihan kewirausahaan. Meski demikian, ia mengakui masih ada tantangan di bidang pemasaran dan hilirisasi produk yang perlu dibenahi. “Kami ingin santri kami bukan hanya pandai membaca kitab, tetapi juga mampu membaca peluang,” ujarnya.

Dalam paparannya, KH. Amani Lutfi menegaskan bahwa visi pesantren adalah mencetak alumni yang berkarakter kuat, mandiri, dan mampu berkontribusi pada masyarakat. Pendirian Balai Latihan Kerja (BLK) menjadi salah satu langkah strategis dalam mewujudkan visi tersebut. BLK tidak hanya berfungsi sebagai sarana pelatihan keterampilan bagi santri, tetapi juga menjadi pusat pelatihan bagi warga sekitar. “Kami ingin pesantren ini menjadi rumah besar yang membuka pintu seluas-luasnya bagi kemajuan bersama,” tuturnya.

Kegiatan P2M UNJ kali ini dirancang dengan tujuan yang jelas. Pertama, memberikan pemahaman mendalam tentang konsep ekosistem kewirausahaan dan peranannya dalam industri kreatif. Kedua, meningkatkan kemampuan peserta untuk merancang rencana pengembangan ekosistem kewirausahaan yang dapat diimplementasikan di lingkungan pesantren. Ketiga, memberikan keterampilan praktis terkait kewirausahaan dan ekonomi kreatif, sehingga peserta dapat langsung memulai inisiatif bisnis setelah pelatihan.

Metode yang digunakan dalam pelatihan menggabungkan pemaparan teori, studi kasus, diskusi kelompok, dan simulasi praktik. Peserta diajak untuk memetakan potensi sumber daya yang dimiliki pesantren, mulai dari aset lahan, keterampilan yang telah ada, hingga jaringan pemasaran. Dari situ, mereka menyusun action plan yang realistis dan berorientasi pada keberlanjutan. Selain itu, peserta juga dilatih membuat media bisnis digital untuk memperluas jangkauan pemasaran produk. Dengan pendekatan ini, pesantren diharapkan mampu masuk ke ekosistem ekonomi kreatif yang lebih luas, termasuk memanfaatkan platform digital untuk promosi dan penjualan.

Salah satu keluaran (output) dari program ini adalah dokumen action plan yang memuat strategi pengembangan kewirausahaan berbasis pesantren, serta pembuatan media bisnis digital sebagai sarana promosi dan transaksi. Dokumen ini menjadi pedoman bagi pesantren dalam mengimplementasikan program industri kreatif yang berkelanjutan. Media bisnis digital yang dibuat juga akan dikelola bersama oleh tim guru, pengurus organisasi santri, dan santri senior, sehingga keterlibatan semua pihak dapat terjaga.

Kegiatan pengabdian ini mendapat apresiasi positif dari peserta. Banyak yang merasa wawasan mereka tentang kewirausahaan dan industri kreatif semakin terbuka. “Dulu kami hanya berpikir soal produksi, tapi sekarang kami tahu pentingnya desain ekosistem yang melibatkan banyak pihak dan strategi pemasaran yang tepat,” ujar salah satu santri senior. Harapan besar pun muncul agar pelatihan ini tidak berhenti di ruangan kelas, melainkan berlanjut dalam bentuk pendampingan jangka panjang.

Dengan berakhirnya kegiatan ini, UNJ dan Pesantren Nahdlatul Mubtadi’in Al Islami Indramayu sepakat untuk terus bersinergi. Kedua belah pihak yakin bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dan pesantren dapat menjadi model pengembangan SDM yang holistik—menggabungkan kekuatan moral dan spiritual dengan keterampilan ekonomi kreatif. Jika visi ini terwujud, pesantren akan benar-benar menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar, bukan hanya dari sisi keagamaan, tetapi juga sosial dan ekonomi, sebagaimana pesan yang disampaikan di awal kegiatan: menjadi seperti “kuburan wali” yang manfaatnya tak pernah mati.

 

Reforter FR Mbs

Komentar