TRADISI UNGGAH-UNGGAHAN MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN

Mabes Bharindo – Indramayu, 28/03/2022. Sebagian masyarakat tradisi ini masih kerap dilaksanakan.

Tradisi dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, namanya adalah tradisi unggah-unggahan.

Tradisi itu masih menjadi bagian dalam pelaksanaan tradisi ruwahan.

Pelaksanaan tradisi unggah-unggahan dimulai pada malam nisfu Syaban, hingga H-1 Ramadhan.

Kata unggahan berasal dari unggah yang berarti naik atau masuk. Maksudnya setelah berakhirnya bulan Sya’ban adalah masuk bulan Puasa atau Ramadhan.

Ritual Unggahan atau Sadran merupakan tradisi yang digelar setiap Jumat terakhir pada bulan Ruwah (Syaban) guna menyambut datangnya Ramadan.

Memang terdengar unik dan menarik, unggah-unggahan, sebuah tradisi menjelang datangnya bulan puasa di beberapa wilayah.

Unggah-unggahan berasal dari kata “unggah” yang berarti “menaikkan”.

Maknanya sendiri adalah tradisi berbagi makanan ataupun kue kepada saudara atau tetangga yang lebih tua.

Jadi, Unggah-unggahan di sini bukan kenaikan kelas ya.

Semakin kita punya saudara yang “sepuh” atau sesepuh desa, semakin banyak unggah-unggahan yang diterima oleh saudara atau tetangga sekitar.

Tidak ada pakem khusus mengenai isi dari hantaran tersebut, tergantung kemampuannya.

Masyarakat akan membagikan makanan beserta lauk-pauk kepada tetangga.

Ada yang berisi nasi beserta lauk lengkap seperti telur, bakmi, daging dan lain-lain, ada pula yang hanya sekedar kue atau jajanan pasar.

Hampir semua daerah memiliki tradisi ini yang dijaga secara turun temurun.

karena tradisi ini mengajarkan kita akan arti pentingnya kebersamaan dan kekeluargaan.

Selain tradisi Unggah-unggahan, ada juga tradisi ziarah ke malam keluarga, berbagai acara pengajian atau khaul, bersih-bersih rumah dan lingkungan sekitar serta banyak lagi.

Jadi, sudahkah bersiap menyambut bulan Ramadhan kali ini?

Penulis Tarja

 

Komentar