Terapkan Pengelolaan Hama Terpadu, Perhatikan Hal Ini

Ekonomi & Bisnis196 Dilihat

Keanggoataan P4 untuk PHT | Sumber Foto : Humas Tanaman Pangan


MABESBHARINDO.com I JAKARTA — Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) menjadi salah satu cara pengendalian OPT yang ramah lingkungan. Namun untuk penerapan PHT di lapangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Guru besar di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan UGM, Prof. Andi Trisyono menyampaikan, ada dua hal yang harus dipikirkan bersama untuk keberhasilan penerapan PHT. Pertama, perlu resources dan endurance. Kedua, perlu inventarisasi success stories, reformulasi, dan scaling up contoh sukses dalam penerapan PHT.

Selain itu, Prof. Andi juga menyatakan pentingnya persamaan persepsi terkait konsep pelaksanaan PHT di masyarakat. Jangan sampai PHT yang digarap hanya mensubstitusi pestisida kimiawi ke pestisida nabati/hayati.

Penerapan PHT yang menjadi basis pertama yaitu pengendalian alami yang didampingi dengan rekayasa ekosistem. Kemudian baru dilanjutkan dengan pengaplikasian pestisida hayati/nabati.

“Langkah terakhir jika terjadi serangan OPT di atas ambang ekonomi, baru mengaplikasi pestisida kimiawi/sintetis dengan tetap memperhatikan prinsip 6T,” katanya saat webinar “Pemberdayaan Petani dalam Pemasyarakatan PHT (P4)

Terkait kegiatan P4 yang merupakan kegiatan pilot project luncuran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementan tahun ini, Prof Andi juga menyatakan dukungannya dalam pelaksanaan dan keberlanjutan kegiatan tersebut.

“Saya mengapresiasi kegiatan P4. Hal ini dapat menjadi upaya untuk memenuhi syarat esensial keberhasilan PHT, yaitu adanya kerjasama antara petani, akademisi, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat dalam pelaksanaan PHT,” kata Andi.

Sementara itu, Dr. Hermanu Triwidodo, Ketua Umum Gerakan Petani Nusantara sekaligus akademisi IPB menyatakan, P4 menjadi kesempatan yang baik untuk berkolaborasi bersama antar semua stakeholder untuk pemasyarakatan PHT dan kesuksesan P4.

“Saat ini, kita tidak perlu terfokus pada kuantitas kegiatan. Tapi kita harus mengoptimalkan kualitas secara menyeluruh dari berbagai aspek P4, sehingga nantinya ada succes story yang bisa diangkat, dipublikasi dan kemudian disadur untuk diaplikasikan di wilayah lainnya,” kata Hermanu.

Sementara itu Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Mohammad, Takdir Mulyadi mengungkapkan, P4 merupakan pilot project yang tahun ini dilaksanakan di 12 Provinsi. Yakni, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

“P4 ini bisa menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan petani terutama dalam penerapan prinsip PHT sebagai strategi utama dalam pengelolaan OPT,” ujar Takdir.

Dikatakan, pihaknya sebetulnya sudah memiliki beberapa program yang pelaksanaannya mendukung PHT, diantaranya ada PPHT, bahan perbanyakan APH/refugia, PPAH, rumah burhan dan yang lainnya. Tapi, P4 ini mengeksplorasi APH langsung oleh petani di lokasi pertanamannya masing-masing. “Harapannya isolat tersebut dapat lebih efektif dibandingkan dengan isolat yang didatangkan dari luar,” ujarnya.

Menurut Takdir, P4 ini dirancang agar pelaksanaannya didampingi petugas lapang. Ada POPT, PPL, dan juga petugas LPHP/BPTPH. Sehingga mutu APH yang dihasilkan dapat terjamin kualitas dan keberlanjutannya.

“Nanti dari 120 penerima bantuan, kita pilih penerima bantuan yang berpeluang besar untuk menjalin kemitraan dan mendapatkan izin edar APH yang dihasilkan,” katanya.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi juga terus mendorong dan mendukung kegiatan pengendalian OPT berbasis ramah lingkungan dengan menggunakan agens hayati sebagai bahan pengendaliannya. Dengan semakin meningkatnya kesadaran petani terhadap pentingnya budidaya tanaman sehat untuk keberlanjutan pertanian, diharapkan juga kesejahteraan petani turut meningkat.

Dengan demikian, hal ini turut mendukung percepatan terwujudnya pertanian maju, mandiri dan modern. “Hal ini, sesuai arahan Mentan SYL produksi pangan harus jalan terus tetapi hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani juga harus dilakukan karena mereka ujung tombak ketahanan pangan negara kita,” tegas Suwandi.

(Red/Hms)

Komentar