SIDIG HANDANU : TIDAK BENAR SEMUA PASIEN DI”COVID”KAN.

Hukum & Kriminal221 Dilihat

Mabesbharindo.com

Pontianak. Sudah bukan menjadi rahasia lagi, hampir semua rakyat negri ini menaruh curiga bahkan memvonis bahwasanya setiap orang yang menderita atau terkena penyakit apapun apabila dibawa ke rumah sakit, maka
Orang tersebut oleh pihak rumah sakit akan dikatakan terkena virus Corona atau Covid – 19. Banyak orang merasa menjadi ngeri membawa keluarganya yang sakit untuk berobat ke rumah sakit, mereka mengambil inisiatif lebih baik memanggil dokter buat memeriksa dan mengobati sakit yang mereka derita di rumah mereka sendiri ketibang mendatangi rumah sakit untuk berobat disana. Dan ini adalah beberapa peristiwa atau kejadian hasil penelusuran wartawan Mabes Bharindo yang dapat dijadikan tolak ukur bagi benar atau tidaknya indikasi dugaan kecurigaan tersebut :

1. Zainabun atau biasa dipanggil dengan panggilan Mak Nabun, perempuan tua berusia 85 th, tinggal di Sungai Jawi Dalam. Jl. H. Rais A Rahman Gg. Ilham No. 5. Pontianak Barat pada September 2020 menderita penyakit panas dingin, seluruh badannya terasa lemah dan pegal-pegal. Mak Nabun berniat berobat ke rumah sakit, namun Nandot anak laki-lakinya yang paling tertua melarang. Nandot memanggilkan dokter untuk mengobati penyakit Emaknya di rumah mereka sendiri. Selesai memberikan pengobatan, sebelum pulang dokter tersebut berkata perlahan kepada Mak Nabun… “Bu, andai tadi Ibu pergi berobat ke rumah sakit, pihak rumah sakit kemungkinan akan mengatakan Ibu terpapar Corona, dan Ibu pasti tidak diperkenankan pulang…..”

2. Bang Ipul 59 th, tinggal di Kuala Dua, Kubu Raya, setiap pagi biasa minum kopi bersama di Pontianak dengan Pak Yoseph 73 th temannya yang tinggal di gang Nur 3 Swignio Pontianak. Dikarenakan sudah tiga pagi tidak ngopi bareng, pada siang harinya Bang Ipul pun menelpon Pak Yoseph melalui HP “Hallo Pak Yoseph, kemana jak tadak timbul ? Besok pagi kita ngopi di Sariwangi yuk….”
Pak Yoseph di sebrang sana menjawab telpon Bang Ipul dengan suara gemetar “Aduuh, Pul…. Aku sakit, badanku lemah dan panas dingin… Aku tak bisa keluar Rumah…. Nanti sore anakku si Nely datang dari Jakarta, dia mau bawa aku ke rumah sakit….” katanya melalui HP nya
Bang Ipul pun menimpali “Sorry Pak Yosep, saya tak tau bah… Ya sudah, istirahat jak lah…. Semoga cepat sembuh…”
Namun malam harinya disaat menjelang tidur Bang Ipul baru teringat dan menjadi gelisah, karena pria 59 th ini mendengar kabar bahwa setiap pasien dirumah sakit yang menderita penyakit apa pun pasti akan diklaim terpapar Corona dan akan dihabiskan, “Celaka Pak Yoseph, kenapa siang tadi aku tak ingat….”
Benar saja, dua hari kemudian pada pagi hari Bang Ipul menerima telpon dari salah seorang temannya yang lain dan mengabarkan bahwa Pak Yoseph telah meninggal dunia di rumah sakit Sultan Syarif Mohamad Al Qadrie Kota Pontianak karena terpapar Covid – 19, Jenazahnya langsung dikebumikan di pemakaman Katolik desa Korek Kecamatan Tayan Hulu, Kubu Raya.

3. Maya 56 th. seorang trans gender, tinggal di gg. Ilham no 8 Sungai Jawi dalam, Pontianak Barat pekerja Salon Kecantikan, pada April 2021 menderita panas dingin, hidung tersumbat dan seluruh badan terasa lunglai bagai tak bertulang. Karena sudah tak mampu menahan sakit yang dideritanya, Maya meminta pada teman-temannya untuk membawa dirinya ke rumah sakit. Sore hari itu juga teman-teman Maya sesama trans gender membawa Maya ke RSUD Soedarso Pontianak. Umur dan kehidupan manusia telah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta, esok siangnya sampai kabar ketelinga teman-teman dan tetangga Maya, Maya telah meninggal dunia di RSUD Soedarso Karena terpapar Corona dan jenazahnya langsung dikuburkan di TPU Tabrani Ahmad, Pontianak.

4. Neneng (bukan nama sebenarnya). 48 th. Tinggal di jl. Mengkudu kecamatan Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, menderita sakit lambung. Dengan diantar suaminya Neneng pergi ke rumah sakit Mulya Sari, Plumpang. Neneng mendaftar sebagai pasien pengguna BPJS, namun dalam pendaftaran tersebut Neneng dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 500.000,-
Dedy (bukan nama sebenarnya) 63 th, suami Neneng merasa terkejut dan tak habis pikir, istrinya yang hanya sakit lambung, namun berdasarkan swab pihak rumah sakit menyatakan bahwa Neneng terpapar Covid 19. Neneng dibawa ke lantai 3, dikumpulkan bersama para pasien yang menurut rumah sakit Mulya Sari terpapar Corona.
3 hari 2 malam Neneng dirawat di rumah sakit tersebut dan tak boleh dijenguk oleh siapa pun. Dedy merasa curiga, dengan bersembunyi dan mengendap-endap dia memasuki lantai tiga menjumpai istrinya. Dedy terharu menyaksikan tubuh istrinya yang menjadi kurus. Neneng mengatakan pada Dedy bahwa ia ingin pulang dan merasa takut berada ditempat itu. Neneng menceritakan pada suaminya tentang pasien wanita yang berada di sebelahnya. Menurut Neneng, bila malam hari wanita itu diikat oleh pihak rumah sakit karena tak dapat tidur. Neneng merasa takut !
Dedy turun dari lantai tiga dan mendatangi resepsionis, menyatakan bahwa ia akan membawa istrinya pulang. Resepsionis menolak pernyataan Dedy dan mengatakan tidak bisa. Terjadilah perdebatan yang pada akhirnya resepsionis mengarahkan Dedy untuk menyelesaikan administrasi. Dedy mendatangi admin, namun admin menolak hingga terjadi perdebatan yang pada akhirnya admin meminta Dedy untuk menemui satpam. Dedy mendatangi satpam, namun satpam menolak dan meminta Dedy untuk mengurusnya dengan pihak admin. Merasa dipermaikan dan dipingpong, Dedy menjadi geram dan darahnya naik kepala, dia berteriak keras “Akan saya bawa pulang istri saya sekarang juga !”
Terjadi keributan yang pada akhirnya satpam meminta Dedy untuk menunggu sampai dokter datang. Namun sekali lagi Dedy berseru keras dengan suara lantang “Tidak perlu menunggu dokter, sekarang juga istri saya akan saya bawa pulang !”
Keributan terjadi lagi yang pada akhirnya satpam meminta agar Dedy menyelesaikan administrasi. Dedy menyelesaikan administrasi yang dikenakan sebesar Rp. 5000.000,- Saat pulang membawa istrinya, satpam menghampiri dan berkata perlahan pada Dedy “Jangan datang kemari lagi, Pak… Istri bapak telah selamat….”
Kurang lebih 3 hari Dedy merawat istrinya dengan melakukan isoman, kesehatan istrinya itupun mulai pulih, tubuhnya yang kurus mulai berisi kembali. Dua hari kemudian terdengar kabar bahwa wanita di rumah sakit Mulya Sari yang dulu terbaring di sebelah Neneng dan kerap diikat petugas karena tak mau tidur, pagi tadi telah menghembuskan nafas terakhir. Neneng bergumam dalam hati “Padahal penyakitku lebih parah dari wanita itu…”

Untuk memperjelas agar dapat menarik kesimpulan dari hasil penelusuran yang telah dilakukan, wartawan Mabes Bharindo menjumpai Sidig Handanu kepala dinas kesehatan Kota Pontianak di kantornya dan menanyakan seputar dugaan masyarakat yang menuding rumah sakit meng”Covidkan” setiap pasien berpenyakit apapun yang datang untuk berobat. “Tidak benar itu… Kami rumah sakit ataupun puskesmas serta semua fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam memeriksa setiap pasien yang mengidap penyakit apapun menggunakan Standard Operasional Prosedural yang berlaku (SOP). Setiap pasien ditanya, dilakukan pemeriksaan fisik, kemudian pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya baru setelah itu ditarik kesimpulan mengidap penyakit apa dia….” beber Handanu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota pontianak itu membantah dan tidak membenarkan bila semua pasien yang datang kerumah sakit diCovidkan. Dia pun menambahkan, untuk mengetahui seseorang terpapar Corona Atau tidak itu memerlukan swab pcr atau swab antigen Pungkasnya (YS Djaman).

Komentar