BOJONEGORO * MABESBHARINDO.COM – Dalam rangka melestarikan seni budaya dan tradisi lokal yang ditengarai kian berkurang diminati, sanggar literasi Bojonegoro SMART melakukan upaya dengan mengenalkan tradisi dan kebudayaan lokal kepada anak sejak usia dini.
Dua dalang yang cukup terkenal di Bojonegoro sengaja didatangkan ke sanggar SMART yang berlokasi di desa Campurejo, Kecamatan Kota, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Minggu (05/09/2021)
Pemilik Sanggar Literasi Bojonegoro SMART Oktian Ika Ardhiani, mengaku mendatangkan dalang kondang Bojonegoro Ki Hadi Guno carito dan dalang cilik Ananda Rozzak Wiratama. Tujuannya, untuk mengenalkan wayang kulit kepada generasi muda sejak usia dini.
“Kesenian wayang kulit merupakan kebudayaan asli Indonesia. Untuk tetap melestarikan kesenian ini, kita kenalkan kepada generasi muda sedini mungkin,” katanya kepada awak media.
Diharapkan, lanjut Oktian, hadirnya dalang Bojonegoro dan dalang cilik bisa memicu motivasi generasi muda nguri-uri (melestarikan) kesenian wayang kulit, minimal anak anak mengenal bahasa ada kesenian wayang kulit di Bojonegoro, khususnya pada anak-anak yang belajar di Sanggar Literasi Bojonegoro SMART.
- Baca Juga : Gerakan Pemuda Anshor Baureno Peduli, Lakukan Donor Darah Rutin
- Baca Juga : Bawa Ganja Seberat 30 Kilogram Dari Sumatra Utara, GM Diciduk Direktorat Narkoba Polda Babel Di Pelabuhan Tanjung Kalian
“Dari sini, kedepannya kita harapkan lahir dalang-dalang muda yang berbakat meneruskan tradisi wayang kulit di Indonesia,” tandas perempuan yang juga menjabat Kepala SDN Glagahsari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban.
Ki Hadi dan Ananda Wiratama saat memberikan pengenalan wayang di sanggar SMART
Di tempat yang sama, Ki Hadi menilai, gempuran kebudayaan yang datang dari luar negeri saat ini, sangat mengkhawatirkan bagi eksistensi kebudayaan lokal. Tanpa ada regenerasi, tidak menutup kemungkinan kebudayaan lokal berpotensi akan tergeser dan dilupakan oleh generasi berikutnya.
Sehingga adanya ruang edukasi semacam ini, memiliki tujuan supaya kebudayaan adiluhung jawa, jangan sampai tergeser, atau punah digerus kebudayaan asing, terang Ki Hadi.
“Kalau semua elemen seniman dan pemerintah daerah tidak melakukan upaya untuk melestarikan seni budaya, kedepan wayang kulit ini bisa jadi akan menjadi kenangan,terkhusus di Bojonegoro, karena dibanyak kota seperti Solo, Jogja, Nganjuk, Ponorogo, dan beberapa kota kabupaten lainnya masih terjaga dengan baik, tetapi kalau ada regenerasi, wayang kulit akan tetap lestari,” ujarnya. (Jyd)
Komentar