Presiden Minta Produksi Pangan Ditingkatkan, Apakah Stok Pupuk Bersubsidi Cukup….?

Nasional803 Dilihat

Sumber foto : cnbcindonesia.com


MABES BHARINDO.COM_____***

JAKARTA  –  Penyaluran pupuk bersubsidi saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan petani, terlebih lagi, terdapat 7 juta petani yang tidak memperoleh pupuk subsidi. Hal ini menjadi ironis, mengingat Presiden Joko Widodo (Jokowi) justru memerintahkan anak buahnya untuk memacu produksi pangan.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Bakir Pasaman mengatakan, keperluan akan pupuk subsidi untuk pupuk petani saat ini mencapai 25 juta ton, sedangkan produksi pupuk yang tersedia dari Sistem Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (E-RDKK) penerimaan Pupuk Subsidi hanya sebesar 9 juta ton.

“Jadi permasalahan pupuk langka ini sudah pasti diteriakkan (petani),” ujar Bakir dalam Rapat Dengar Pendapat bersama dengan Komisi VI DPR RI, Senin (19/9/2022).


Artikel Lainnya : √• Penerimaan Anggota Tamtama Polri, Polres Demak Ikuti Penandatanganan Pakta Integritas


Bakir mencatat, terdapat 24,6 juta petani yang membutuhkan pupuk subsidi. Dimana baru 69% atau 17 juta petani yang terdaftar dalam E-RDKK, sisanya 30% di antaranya atau 7,61 juta yang belum terdaftar dalam E-RDKK.

Dalam paparannya, penyaluran pupuk subsidi dari PT Pupuk Indonesia Agustus – Desember 2022 mencapai 2,9 juta ton untuk jenis Urea dan NPK.

Baca Juga :   Dukung Ketahanan Pangan, Kapolsek Sambangi Agro Wisata Jambu Kristal Warga
Sedangkan untuk non subsidi mencapai 1,5 juta ton untuk jenis Urea, NPK, ZA, SP-36, dari total produksi yang mencapai 5,8 juta ton. Artinya masih ada 1,3 juta ton pupuk untuk cadangan di 2023.

“Rata-rata cadangan stok pupuk 275% di atas ketentuan,” katanya.

Bakir menerangkan, untuk realisasi penyaluran pada pada Agustus saat ini sudah mencapai 63%. Dia berharap pada Desember bisa mencapai 92%.

Perlu diketahui, berdasarkan Permentan 10 tahun 2022, terdapat pengurangan komoditas yang menerima pupuk subsidi dari 70 menjadi 9, yakni jagung, padi, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, tebu rakyat, kakao rakyet dan kopi rakyat.

Selain itu, jenis pupuk yang disubsidi juga dikurangi, di mana kini hanya 2 jenis saja yaitu pupuk NPK dan pupuk Urea.

Anggota Komisi VI DPR RI, Rudi Hartono Bangun mengatakan, banyak petani yang mengeluhkan harga eceran tertinggi varian pupuk yang dirasakan sangat mahal.

“Stok pupuk Urea dan NPK ini kawan petani ini mengeluhkan stok keberadaannya yang katanya langka. Apakah langkah itu di distributor atau agen mohon penjelasan,” ungkapnya.

Baca Juga :   Indonesia dalam Bayang-bayang Inflasi Akibat Kenaikan Harga Pangan
Selain itu, Rudi juga mempertanyakan hanya 9 juta ton untuk pupuk subsidi sedangkan kebutuhan pupuk mencapai 25 juta ton. Dia meminta agar PT Pupuk Indonesia (Persero) mengajukan tambahan kuota pupuk subsidi.

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan penambahan penanaman jagung, kedelai, cabai, dan bawang. Selain itu, BUMN juga diperintahkan agar menyerap semua hasil produksi dari petani.

“Ada 2 rapat internal terbatas oleh bapak Presiden. Satu terkait kedelai, yang kedua terkait bawang merah, cabai, dan berbagai produk hortikultura yang ada,” ucap Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) usai Rapat Terbatas di Kantor Presiden, Senin (19/9/2022).


Artikel Lainnya : √• Polisi Berhasil Ungkap Pembakaran Truk Tembakau di Pamekasan, Pelaku Diamankan…


Sebelumnya, Jokowi juga meminta agar semua elemen masyarakat berkonsolidasi, mengingat saat ini dunia tengah menghadapi goncangan besar, mulai dari perang, krisis pangan, finansial, hingga energi.

“Konsolidasi seperti itu yang harus kita bersama-sama lakukan karena perang, karena krisis energi, pangan, finansial dan bisa konsolidasi dari atas sampai ke bawah,” paparnya di depan para ekonom, Rabu (07/09/2022).

[Red/MBI]

Komentar