Belitung Timur,MabesBharindo.Com. Dalam menyikapi pakta integritas belitung bersih dari tambang laut ,awak media mabesbharindo.com menemui salah satu masyarakat beltim.Menurut Lolly Febrian”Keluarnya pernyataan tersebut di atas harusnya dilihat oleh Beltim secara arif & bijak untuk masa depan seluruh masyarakatnya nanti. Apakah Beltim akan punya sikap yang sama dengan Belitung atau tidak?.
Point pertama tentunya PT Timah harus membuka mata dengan penolakan Belitung tersebut. Apakah PT Timah akan melakukan perlawanan dan tetap memaksakan kehendaknya dengan berbagai dalih sebagai kepanjangan tangan Pemerintah melalui produk hukum yang ada selama ini? Jika tidak, tentunya PT Timah harus rela kehilangan salah satu wilayah tambangnya di Belitung. Oleh sebab itu, harapan terakhirnya adalah di wilayah Beltim.
Point’ kedua perlu menjadi pelajaran PT Timah untuk berhati-hati dalam mengambil langkah selanjutnya. Pendekatan yang terukur di lapangan nantinya akan menjadi kunci, apakah Beltim akan bersikap sama atau tidak dengan Belitung? Jika salah langkah, jangan kaget jika ” Belitong ” akan seluruhnya zero tambang laut.
Melihat kenyataan di lapangan, masyarakat yang ” Pro dan Kontra ” di Beltim rasanya masih berimbang persentasenya. Faktor ekonomi, politik dan sosiologis kemasyarakatan akan menjadi kunci akhir dari sikap yang akan diambil oleh Beltim nantinya.
Oleh karena itu, PT Timah dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya, jangan sampai mengumbar egonya tanpa bargaining dengan semua elemen masyarakat Beltim.
Beltim sendiri menyadari bahwa wilayahnya adalah Harta Karun Timah terakhir. Tentunya sikap yang akan diambil nantinya harus membawa keberkahan dan kemakmuran bagi masyarakatnya sendiri. Faktor politik, ekonomi, sosial dan budaya Beltim akan memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan bersama masyarakat Beltim.
Di lapangan saat ini, meski Pro tambang laut dari kubu penambang Beltim, tapi terlihat ada pemikiran terbalik dengan pemikiran masyarakat yang ada di Bangka sebelumnya, bahwa kenapa harus KIP terlebih dahulu beroperasi, barulah masyarakat bisa ikut menambang? Jika PT Timah konsisten bahwa kepentingannya hanya masalah kebutuhan bijih timahnya saja, tentunya menjadi modal awal yang bagus dari sikap penambang tersebut di atas.
Memaksakan pengoperasian KIP tanpa sosialisasi ke Beltim terlebih dahulu akan terasa sarat ditumpangi oleh kepentingan ” Pengusaha dan Orang-orang Besar ” akan menjadi blunder diterapkan di Beltim. Ada ujaran yang berkembang di Beltim bahwa pemilik KIP tentunya sudah kaya, sedangkan rata-rata orang Beltim belum kaya.
Pemilihan PIP mungkin akan lebih realistis dikedepankan oleh PT Timah dalam ” kampanye tambang laut ” di Beltim nantinya. Itupun dengan persyaratan yang tetap mengacu kepada kepentingan masyarakat Beltim. Perlu dingatkan kembali, beberapa tahun yang lalu pernah terjadi demo penolakan KIP di laut Pering.
Aksi demo kala itu terasa bernuansa politis karena banyaknya pejabat yang hadir. Apakah demo penolakan tersebut sudah melalui pemikiran yang matang akan benar-benar timbulnya kerugian disegala bidang kehidupan masyarakat Beltim atau hanya ikut-ikutan karena intervensi dunia kepariwisataan?.
Kenyataan bahwa dunia tambang di Beltim justru menjadi penyelamat perekonomian dengan Multy Effect Playernya saat dilanda Covid 19, bisa menjadi pemikiran tersendiri bagi Beltim. Kenyataannya bahwa dunia kepariwisataan belum bisa menjadi pegangan kehidupan masyarakat Beltim secara umum.
Mungkin juga perlu disusun terlebih dahulu ” aturan main ” yang jelas dan komitmen penuh dalam pelaksanaannya nanti tentang untung ruginya tambang laut Beltim.
Dalam mengambil hati masyarakat luas di Beltim, mungkin kepemilikan PIP adalah harga mati milik masyarakat Beltim. Hal ini dilakukan untuk antisipasi agar Beltim tidak jadi penonton, pendengar dan pengemis di kampung sendiri serta untuk menghindari konflik kemasyarakatan di lapangan akibat eksodusnya secara besar-besaran penambang dari Belitung dan Bangka ke Beltim.
Selain masalah kepemilikan PIP tersebut di atas, masih banyak hal-hal teknis lainnya yang perlu diperhatikan dan dibahas oleh Beltim dan PT Timah nantinya.Kembali ke Pakta Integritas Belitung, selayaknya juga harus diikuti dengan konsistensi sikapnya nanti di lapangan.
Point-point pentingnya adalah jangan mengintervensi Beltim untuk mengambil sikap yang sama, .Rasanya tidaklah adil karena Beltim selalu disudutkan sebagai daerah rusak dan perusak lingkungan, tidak berpihak kepada kaum nelayan serta tidak mendukung dunia kepariwisataan. Biar Beltim berdaulat mengurusi dirinya sendiri demi kemakmuran masyarakat Beltim.
Kita harus hargai pilihan Belitung sebagai daerah pariwisata dan pelesiran, sebaliknya hargai Beltim jika nanti memutuskan lain sesuai dengan jatidiri daerahnya sendiri, apakah memilih ” Nenek Moyangku seorang Penambang ” atau memaksakan diri ikut-ikutan pariwisata ” Numpang Kencing ” Semoga apapun keputusannya nanti hanya demi kemakmuran dan mengejar ketertinggalan pembangunan Beltim, ” jelas Loli.
Salam ” Satu Hati Bangun Negeri “,, ” Beltim untuk Beltim “,, ” Tetap Sehat dan Waras ” dalam suasana Covid Sedare-sedare .(Narasumber : Lolly Febrian 77).
Jurnlis : Suhartono(Wakbiro MabesBharindo Belitung Timur Kep. Babel).
Komentar