Ketua PWNU Jatim Minta Pemimpin Rukun No Korupsi

Daerah479 Dilihat

MabesBharindo l Surabaya – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar meminta pemimpin bisa rukun no korupsi sehingga bisa mensejahterakan rakyatnya.

“Mugi-mugi Jawa Timur semakin makmur bahjatun toyyibatun warobbun Ghofur, diawali pimpinannya yanh senantiasa rukun Insyaallah masyarakat tentram,” katanya saat peringatan Isra Miraj di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (18/3/2021).

Ia juga berpesan, Jawa Timur semakin bermartabat, maka masyarakatnya dan ekonominya, keuangannya top nihil kurupsinya dan bagus pengelolaan ekonominya. “Ketika Jawa Timur wangi, harum di mana-mana nanti berkah bagi anak-anak Jawa Timur, mereka dapat ngelamar pekerjaan dan kemana pun diterima,” tuturnya.

Selain itu pemerintah yang bersih dapat menjadi berkah untuk orang-orang yang bertugas di Jawa Timur. Lebih lanjut dikatakannya,  bahwa ada pertanggungjawaban setelah kematian, alam barzah, padang mahsyar serta surga dan neraka Jatim.

“Harus nihil korupsi, bermartabat, dikelola dengan baik adil memberikan kemakmuran bagi semuanya. Insya Allah untuk tekad nihil korupsi bisa, untuk tekad nihil kecurangan bisa untuk nihil pelanggaran bisa asal kita benar-benar takut Allah,” jelas KH Marzuki.

Selain itu KH. Marzuki  juga mengingatkan bahwa pemimpin harus tepo seliro (toleransi) meski beda partai, beda suku, dan beda keyakinan untuk hidup tentram bersama. “Indonesia itu penyebaran penduduknya tidak merata, ada yang mayoritas muslim, ada juga yang mayoritasnya non muslim, semua harus saling menghormati,” imbuhnya.

Salah satu contoh toleransi yang ada sejak dulu menurut Alm KH Abdurrahman Wahid   adalah keberadaan candi-candi di Pulau Jawa yang tetap berdiri sampai saat ini meski meski berada di daerah yang mayoritas penduduknya muslim. Dan sebaliknya pecalang di Bali tetap menjaga keberadaan tujuh makam wali di Pulau Dewata. “Menjaga toleransi, disamping adil juga menjamin negara tetap utuh,” ucapnya.

Sumber : Diskominfo Prov Jatim
Editor : Khoirul Anam

Komentar