Jadi Komoditas Andalan, Kementan Dorong Ubi Jalar Tembus Pasar Ekspor

Nasional696 Dilihat

Mabes Bharindo.com Jakarta  ~ Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyebutkan, bahwa ubi jalar saat ini menjadi komoditas pangan lokal yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, mulai dari aspek budidaya hingga hilirisasinya, sehingga dapat menjadi salah satu komoditas ekspor yang diandalkan.

Pada tahun 2022 ini, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui stimulan bantuan pemerintah memberikan alokasi pengembangan 2.000 hektar (ha) di beberapa daerah di Indonesia.

“Mari kita manfaatkan pangan lokal, pangan lokal itu punya nilai gizi tinggi. Tinggal bagaimana kita bisa mengolahnya supaya ada nilai tambah dan sudah ekspor ke Korea,” tutur Suwandi di Jakarta, Selasa (8/3/2022).

Karena itu, Suwandi memberikan dorongan pada petani agar dapat memanfaatkan KUR (Kredit Usaha Rakyat), kemitraan, hingga investor untuk pengembangan budidaya ubi jalar yang berorientasi ekspor.

Selain itu, juga akan terus dikembangkan pola pengelolaan melalui korporasi petani agar dapat meningkatkan perekonomian nasional melalui potensi pangan lokal dari pedesaan.


Ia menyebutkan, saat ini Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memiliki kebijakan dan program yang salah satunya adalah pengembangan pangan lokal berbasis korporasi.

Program tersebut dicanangkan untuk menghasilkan komoditas yang berkualitas bagus, produktivitas tinggi, dikelola sampai hilirirasasi yang menghasilkan produk dengan kemasan bagus untuk peroleh nilai tambah dan memastikan pasar hingga ekspor.

Dalam Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Pro paktani episode 360 pada tanggal 8 Maret 2022, Suwandi menjelaskan bahwa ubi jalar menjadi salah satu komoditas bahan pangan yang unik sebab memiliki beberapa varietas dengan karakteristik dan keunggulannya masing-masing.

Sebagai bahan baku industri pangan, ubi jalar dinilai sangat memiliki potensi yang besar, mengingat sumber daya bahan yang tersedia juga melimpah.

Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar, Siti Maesaroh menuturkan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan dukungan terhadap upaya pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam mengembangkan potensi ubi jalar.


Baca juga : 

å Bupati Klaten Antarkan Langsung Bantuan Untuk Korban Erupsi Semeru di Lumajang

å Genjot Produksi padi, Kementan Bakal Kembangkan IP 400 di Sulteng

Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu daerah dengan potensi yang besar dalam bidang ini, dimana terdapat lima kecamatan yang berpotensi untuk pertanaman ubi jalar, yaitu Tawangmangu, Matesih, Karangpandan, Ngargoyoso, dan Jenawi.

“Luas panen ubi jalar di Kabupaten Karanganyar Tahun 2021 mencapai 753 hektar dengan produksi 30.120 ton. Hal ini tidak terlepas dari fasilitas bantuan Kementan berupa Dem Area Ubi Jalar tahun 2013, Sarana Produksi Ubi Jalar (2016), Pengolahan Ubi Jalar tahun 2018, Bangsal Pasca Panen Ubi Jalar tahun 2020 dan Pengembangan Kawasan Ubi Jalar 2021,” tuturnya.

Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Tawamangu, Wagimin menjelaskan bahwa budidaya ubi jalar dapat meraup untung yang besar.


Hal tersebut terlihat dari analisisa usaha tani dari budidaya ubi jalar, yaitu biaya produksi yang dikeluarkan sekitar Rp 35 juta per ha, yang diperlukan yaitu untuk penyiangan, pemupukan dan pengairan tahap 1 dan 2 serta biaya panen.

“Hasil produksi dalam 1 hektar mencapai 45 ton dengan harga jual Rp 2.000 per kilogram sehingga dalam 1 ha omset yang diperoleh mencapai Rp. 90 juta. Dengan demikian, laba atau keuntungan yang diperoleh dalam 1 hektar mencapai Rp. 54,6 juta,” ujarnya.

Sebagian besar pangan olahan hasil produksi ubi jalar di Kabupaten Karanganyar dipasarkan di pusat oleh-oleh tempat wisata.

Terdapat varietas khusus seperti Varietas Korea dan Manohara yang disulap menjadi stik ubi jalar untuk kebutuhan eksport, dan CV Makmur Abadi Jaya menjadi salah satu eksportir olahan ubi jalar ini.

Ujang, dari CV Makmur Abadi Jaya menuturkan bahwa produknya 100 persen diekspor ke Korea yang berjumlah 1.800 ton per tahun. Suplai bahan bakunya didapatkan dari petani ubi jalar di wilayahnya.

“Pasokan dari petani lancar dan harga bagus, buktinya sudah rutin masuk Korea. Usaha pengolahannya mampu membuka lapangan pekerjaan. Ada tenaga kerja warga sini cukup banyak sekitar 60 orang yang kami pekerjakan disini,” jelas Ujang. [Red].

Editor : Khoirul Anam.

Komentar