MabesBharindo, Bojonegoro – Membuka usaha bisa dimulai dari rumah. Hal inilah yang dilakukan ibu rumah tangga asal Desa Mojokampung, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten, Bojonegoro, Jawa Timur. Nita (37) awalnya memulai usahanya menjual bumbu sambal pecel hanya untuk menambah uang jajan anak. Tak disangka produknya bisa berkembang besar dan bisa masuk disejumlah swalayan dan pasar luar kota.
Saat ini bumbu pecel produksinya sudah memiliki izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro dan sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Saya mulai membuat bumbu pecel tahun 2014, awalnya sekedar coba – coba, untuk mengisi waktu luang sekaligus untuk menambah uang jajan anak,” kata Nita kepada awak media ini, Minggu (21/2/2021).
Nita menceritakan, sejak awal menekuni usaha jualan sambal pecel, usahanya tersebut terus berkembang. Sambal pecel produksi Nita awalnya dibeli oleh sesama wali murid teman anaknya sekolah. Akhirnya permintaan dari mereka terus bertambah banyak.
Nita mulai percaya diri, dia mencoba menitipkan sambel pecelnya ke tukang sayur keliling. Dia juga menitipkan ke toko – toko besar dan toko oleh – oleh. Ada yang mau nerima dan ada juga yang menolak karena sudah ada produk yang sama.
“Saya terus memproduksi bumbu sambal pecel dan saya titipkan ke toko – toko yang mau dititipi, sebab hasilnya lumayan,” kata Nita.
Beberapa waktu kemudian dirinya diminta oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Bojonegoro untuk datang ke Dinas tersebut sambil membawa contoh bumbu sambel pecel produksinya.
“Waktu itu saya mendapat telefon dari Dinas terkait untuk datang ke kantor dengan membawa contoh produk,” kata Nita.
Selanjutnya setelah dibantu Dinas terkait, bumbu sambal pecel produksinya mendapat sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dia juga diundang untuk mengikuti pelatihan tentang packaging. Selain itu dirinya juga mendapatkan bantuan untuk pengurusan izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan setempat.
“Kalau saya di beritahu teman untuk ikut daftar. Setelah daftar, dapat penyuluhan dan pelatihan dari dinas, semakin pede buat ngembangin usaha ini karena sudah dapat izin PIRT itu,” kata Nita.
Setelah bumbu sambal pecel produksi Nita dianggap layak dan kemasannya menarik, Nita dibantu Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Bojonegoro untuk dipertemukan pihak swalayan di Bojonegoro. Pihak swalayan ternyata tertarik untuk memajang produk Sambel pecel Nita ditempat mereka.
“Alhamdulilah, saya seperti pengusaha besar, bisa bersanding dengan perusahaan besar yang mengirim produk mereka dengan truk. Tidak menyangka bakal bisa besar seperti ini,” kata Nita.
Selain sambal pecel, Nita juga menambah varian produk lainya seperti camilan kripik usus, makaroni pedas bumbu daun jeruk, dan kripik singkong pedas.
Sebelum pandemi Covid – 19, omzet Nita bisa mencapai Rp.8 juta hingga Rp.10 juta per bulan. Setiap Minggu Nita bisa memproduksi 30 – 50 kilogram bumbu sambal pecel.
” Untuk harganya mulai dari 3 ribu rupiah sampai 75 ribut rupiah per packs,” kata Nita.
Setelah ada pandemi omzetnya juga ikut menurun. Kendala lainya yang dihadapi Nita adalah bahan baku pembuatan bumbu sambel pecel, seperti cabai, yang harganya juga tidak stabil. (Irul)
Komentar