MabesBharindo, Bojonegoro – Bulan ini di sebagian wilayah kabupaten Bojonegoro mulai memasuki musim panen padi, akan tetapi banyak petani di beberapa wilayah desa, bukannya riang tapi justru malah meradang. Hal ini terjadi lantaran banyak petani yang merugi, dikarenakan harga gabah yang setiap hari terus menurun.
Awal panen yang pada awal bulan ini, rata-rata harganya masih berkisar Rp.4.500,- s/d Rp.5.000,- / kilogramnya, namun dalam kesetiap harinya terus terjadi kemerosotan atau penurunan harga yang cukup signifikan,” Hingga pada saat ini harga gabah mengalami penurunan berkisar di angka Rp.3.500,- / kilogramnya”.
Purwadi (45) salah satu petani asal Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, mengaku jika padinya yang telah di panen, hanya bisa terjual ke tengkulak gabah dengan harga Rp. 3.500, / kilogramnya.
“Di sini kita masih menggunakan alat perontok padi manual yang memakai tenaga manual” terang Purwadi, Sabtu (27/2/2021).
Purwadi menjelaskan, harga gabah sekarang sudah anjlok jauh dari awal-awal bulan saat panen pertama, waktu itu harganya masih lumayan tinggi.
Setelah semua petani banyak yang panen, dan hampir terjadi di seluruh kabupaten Bojonegoro, sehingga berdampak terhadap harga gabah yang terus turun dari hari ke hari, di situlah saya banyak merugi, karena panennya di masa-masa sekarang,” terangnya
“Berat sekali, setiap hari harga gabah terus turun, seperti padi saya ini, lepas Comby yang harganya tinggal Rp. 3.500,- ya… enggak imbang dengan biaya tanam dan perawatan yang kita keluarkan dari awal, Wes to susah pak, rugi pak,” Kata Dulrahman, petani dari Desa Jono Kecamatan Temayang.
Dulrahman mewakili warga Bojonegoro berharap, agar sudilah kiranya Pemerintah Daerah dapat memperhatikan dan membantu mencari solusi nasib para petani, guna kesejahteraan mereka yang berkesinambungan dalam masalah harga pasca panen raya,” pungkas Dulrahman.
Komentar