Artefak Batik Samin Bojonegoro Esensi Ajaran Luhur Lahir dari Empatetik dan Spiritulisme

Sosial & Budaya1802 Dilihat

MABES BHARINDO.COM____***

BOJONEGORO – Estetika dan eksotika Budaya Samin di Desa Margomulyo,  menarik perhatian banyak pihak, kehidupan warganya yang sederhana dengan esensi ajaran lima Pitutur luhur yang masih dipegang erat pengikutnya menjadi magnet para pihak untuk mengenal dan menggali lebih dalam budaya Samin Bojonegoro.

Budaya Samin tidak hanya menawarkan gelitik eksotika namun juga merupakan ajaran hidup bagi semua yang tenggelam dalam  Pitutur luhur yang hingga kini masih dijalankan dengan baik oleh warganya bahkan bagi pengikutnya yang notabene orang luar Samin. Samin sebagai ajaran dan sebagai budaya seakan tidak ada habisnya untuk digali dan dipelajari, banyak mahasiswa atau budayawan yang menjadikan budaya samin sebagai obyek penelitian,

Sugeng Wardoyo S SN, M.Sn warga Kelurahan Kerten, Kota Surakarta salah satunya, melakukan penelitian budaya Samin mulai dari tahun 2018 hingga sekarang menjadi pintu terlahirnya artefak batik Samin (Ageman). Melalui pendekatan esensi ajaran luhur ditransformasikan atau diterjemahkan menjadi bentuk visual diwujudkan menjadi artefak batik Samin Margomulyo Bojonegoro.


Baca Juga :  π• Polres Magelang Kembali Lakukan Baksos Bersama Mahasiswa dan Ormas


Berawal dari merasakan kehidupan yang Prasojo (sederhana) warga Samin yang masih kental memegang erat budaya ajaran leluhurnya menarik perhatian Sugeng untuk melakukan penelitian dengan pendekatan komunikasi dan observasi terhadap perilaku warga Samin, yang menurutnya meski sederhana namun memilki kekuatan spiritual yang besar.

Melihat udeng yang dipakai oleh Mbah Harjo Kardi dan kyai kyai samin mencoba memahami esensi lima pitutur luhur Samin dan muncul kegelisahan dalam benak Sugeng, sampai kapan hal ini masih bisa terjaga dan diugemi (dilaksanakan) warganya, kedepannya seperti apa?

Melalui diskusi dengan mas Bambang Sutrisno putra bungsu Mbah Harjo Kardi saya mencoba menggali budaya Samin, dasarnya adalah ingin lebih tahu ajaran pitutur luhur dan ikut melestarikan serta mengenalkan Samin kepada dunia luar, Tutur Sugeng.

Hingga disatu malam, dia bermimpi bertemu dengan Raden Kohar atau Samin Surosentiko seakan beliau memberikan signal membuka pintu ijin untuk menggali lebih dalam budaya Samin,  bergayung sambut Mbah Haryo Kardi sesepuh warga Samin juga membuka jalan untuk diteruskan penelitian dengan menjawab mimpi Sugeng Wardoyo ” Pancen wis Titi wancine” ( Memang Sudah tiba waktunya), yang dimaksud adalah sudah tiba saatnya orang luar mengenal lebih dalam budaya Samin.

Setelahnya secara tidak terduga dan tidak terencanakan pengalaman spiritual dialami Sugeng Wardoyo dengan mendapatkan Ilham akan motif Batik (Ageman) Samin.

Dengan kekuatan spiritual melalui olah pikir, “Roso” ( Rasa yang muncul dari hati) dan perenungan yang mendalam Sugeng mampu menangkap kemunculan Ilham berupa obor,  Sekar Wijaya Kusuma, Sekar cempoko dan tumpeng,  menjadi inspirasi motif artefak batik Samin.

“Secara sederhana penjelasanya adalah ajaran Samin yang bersifat verbal itu saya perdalam dengan banyak melakukan diskusi dengan Mas Bambang dan Mbah Harjo Kardi, setelahnya Ilham motif itu muncul dari perenungan spiritual berdasarkan hal-hal yang terkait budaya dan ajaran Samin yang bersifat Verbal kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk visual “. Terang Sugeng.

Prosesnya kemunculan Ilham bentuk motif artefak batik itu muncul dari proses perenungan dimana semua aktifitas merupakan laku rasa yang terus mengalir mencari daya hidup berkelanjutan menggali esensi pitutur luhur Samin Margomulyo Bojonegoro. Dan setelahnya saya dan mas Bambang mencoba mendiskusikannya kemudian menjelaskan kepada Mbah kung Harjo Kardi dan beliau menganggukkan kepala tanda setuju.


Baca Juga : π• Unit PPA Polres Cirebon Kota Berhasil Amankan Tersangka Pencabulan Terhadap Anak Dibawah Umur


Menurut Sugeng dasarnya adalah melalui pendekatan metode empatetik, yaitu mencoba masuk lebih dalam ke kehidupan warga Samin, dengan melakukan ajur ajer ( lebur membaur)  dengan melakukan komunikasi aktif dari hati, dimana karya yang terlahir akan bermanfaat bagi masyarakat luas.

“jadi proses munculnya Ilham Motif tidak hanya melalui pendekatan akademis seni rupa semata namun ada unsur perenungan dan spiritual dengan menangkap ilham dan terlahir motif artefak batik Samin” ungkapnya.

Adapun artefak batik Samin yang mampu tercipta dari perenungan dan pengembaraan spiritual Sugeng Wardoyo adalah sebagai berikut:

UDHENG SAMIN (Ikat Kepala) motif “OBOR SEWU” (2019)

Bentuk visual obor melambangkan sebagai pepadang atau penerang hati dalam menjalani dinamika kehidupan, menjadi kontrol perilaku dan sikap baik dalam bertutur maupun Perbutan. Kerukunan yang dibangun dari konstruksi nilai kejujuran, kesabaran, usaha keras (trokal dan Narimo) menerima dengan ikhlas untuk mencapai tujuan hidup mulia.

JARIK SAMIN MOTIF “MANUNGGAL JATI” (2020)

Bentuk visual Sekar Wijaya Kusuma melambangkan kewibawaan yang dilandasi kesabaran tanpa winates. Mengedepankan kerukunan, perdamaian dan persatuan.

JARIK SAMIN MOTIF KAMULYAN JATI (2020).

Bentuk visual Sekar Wijaya Kusuma melambangkan kewibawaan yang dilandasi bisa rasa rumagsa dan welas asih, mengutamakan kebersamaan serta gotong royong.

JARIK SAMIN MOTIF MARGOMULYO (2020)

Bentuk visual sekar Wijaya Kusuma melambangkan kewibawaan yang dilandasi rasa menep semeleh nengutamakan kebersamaan dan kegotong- royongan.

SELENDANG MOTIF “SRI KUNCORO” (2021)

Struktur pola selendang batik Sri Kuncoro terdiri dari stilasi bunga cempaka mulya dengan susunan sulur dibagian tengah dan bagian tumpal. Stilasi tumpeng dengan susunan berjajar dibagian samping kanan kiri.
Stilasi obor dengan susunan berhadapan dibagian tengah dan samping kanan kiri.

Dengan center of interest motif bunga cempaka mulya yang dikombinasikan motif tumpeng dan motif obor menjadi kesatuan yang harmonis.

Makna filosofisnya adalah Sri bermakna rejeki dan Kuncoro memiliki makna kebahagiaan, jadi dengan memakai motif Sri Kuncoro diharapkan memperoleh berkah kebahagiaan berupa kecukupan rejeki, kasih sayang dan ketentraman lahir dan batin dalam kehidupan rumah tangga.

JARIK SAMIN Motif ” MARGO UTOMO (2022)

Bentuk visual Sekar cempaka mulya melambangkan keikhlasan hati yang membawa ketentraman lahir dan batin. Lebih pada kecerdasan untuk ngulawentah rasa yang bersinergi dengan keharmonisan dan keselarasan alam.

JARIK SAMIN “MARGO KINASIH” (2022)

Motif “Margo Kinasih” (2022)
Bentuk visual Sekar cempaka mulya melambangkan kemurnian kasih sayang membawa semangat untuk guyub rukun dalam mewujudkan cita cita luhur.

JARIK SAMIN MOTIF ” PESEKSEN LUHUR” (2022)

Bunga cempaka mulya merupakan perlambang kesetiaan cinta kasih dalam meneguhkan niat untuk nyawiji membangun rumah tangga, berpatokan pada siji Kanggo selawase (satu untuk selamanya), lebih pada kekuatan hati untuk selalu memegang teguh nilai nilai luhur bermuara pada ketentuan jiwa yang bersinergi dengan keselarasan alam semesta.

Sugeng Wardoyo bersama Mbah Harjo Kardi di kediaman

Dalam ajaran Samin di Bojonegoro, para pengikutnya diajarkan lima pitutur luhur.

Pertama soal “Laku jujur, sabar, trokal, lan nrimo” Artinya berprilaku baik, memiliki sifat jujur dan sabar.

Kedua, “Ojo dengki srei, dahwen kemiren, pekpinek barange liyan, artinya Tidak boleh memiliki sifat iri dengki, rasa keiinginan memiliki dan mengambil hak orang lain.

Ketiga ” Ojo mbedo mbedakno sapodo padaning urip, kabeh iku sedulure dewe” artinya Jangan membeda bedakan sesama manusia, semua adalah saudara,

Keempat ” Ojo waton omong, omong sing nganggo waton” Artinya Jangan asal bicara, namun bicaralah dengan aturan”

Dan yang kelima adalah ” Biso Roso Rumongso” Artinya Jadilah manusia yang memiliki rasa empati.

Pewarta : Jayadi

Komentar